SEJARAH PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DI TIMUR, BARAT
DAN INDONESIA
Disusun Oleh:
Alamsyah (12210021)
Dian Ratnasari (12210061)
Dosen
Pembimbing:
SYARNUBI, M.Pd.I
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
TAHUN 2013/2014
BAB I PENDAHULUAN
Dalam mengarungi
kehidupan di dunia ini manusia tidak dapat lepas dari sejarah/ pengalaman
hidup. Sejarah merupakan kunci untuk kita dapat memperbaiki kehidupsn kita di
masa depan, oleh karena itu mengetahui sejarah atau memahami sejarah merupakan
cara untuk kita mengetahui apa yang harus kita lakukan pada masa yang akan
datang. Dalam hal ini kami akan mengangkat sebuah pembahasan tentang sejarah
perkembangan studi islam di timur, barat, dan indonesia. Da beberapa hal yang
harus kita ketahui berama dalam memahami pembahasan tersebut yang pertama yaitu
mengetahui pola pembelajaran yang ada pada konteks terdahulu sampai sekarang
baik di timur, barat maupun indonesia.yang kedua adalah dampak positif dan
negatif yang terdapat dalam studi islam yang di laksanakan pada masa terdahulu
hingga sekarang baik di timur, barat, dan indonesia. Dan yangterakhir inti dari
pembahasan ini merupakan pemahaman tentang sudi studi islam pada masa terdahulu
hingga sekarang dan selanjutnya memmenerapkan hal hal yang di anggap tepat ntuk
sekarang dan diharapkan juga ddapat menemukan inspirasi baru untuk memajukan
studi studi islam pada era saat ini baik di timur, barat, dan indonesia.
Indonesia merupakan
negara yang mayoritas penduduknya muslim hal ini yang seharusnya di amati
perjalanan sejarahstudi islam, baik dari masa awal masuknya islam hingga saat
ini. Jika di lihat dari awal masuknya islam hingga sekarang, Perkembangan studi Islam di
Indonesia dapat digambarkan demikian. Bahwa lembaga/ sistem pendidikan Islam di
Indonesia memiliki tahapan-tahapan sebagai seperti,Sistem langgar, Sistem kelas dan
perguruan tinggi.
BAB II PEMBAHASAN
A.
Sejarah Perkembangan Studi Islam di Dunia Timur
Perkembangan agama
Islam tdak lepas dari perembangan ilmu pengetahuan dunia/ umum. Tepatnya pada akhir periode madinah sampai dengan 4 H, fase
pertama pendidikan islam masih di masjid-masjid
dan rumah-rumah, dengan ciri hafalan. Namun sudah diperkenalkan logika matematika, ilmu alam, kedokteran, kimia,
musik, sejarah dan geografi. Selama abad ke-5 H, selama periode Khalifah
Abbasyiah, sekolah-sekolah didirikan di kota-kota dan mulai menempati
gedung-gedung besar, bukan lagi masjid, dan mulai yang bersifat intelektual,
ilmu alam dan ilmu sosial.
Berdirinya sistem
madrasah adalah di abad 5 H/akhir abad 11 M, justru menjadi titik balik kejayaan. Sebab madrasah dibiayai dan
diprakarsai negara. Kemudian madrasah menjadi alat penguasa untuk
mempertahankan doktrin-doktrin terutama oleh Kerajaan Fatimah di Kairo.
Sebelumnya di sekolah ini diajarkan kimia, kedokteran, filsafat, diganti hanya mempelajari tafsir, kalam fiqih dan bahasa. Matematika hilang dari kurikulum Al-Azhar tahun
1748 M. Memang pada masa kekhalifahan Abbasyiah Al-Ma’mun (198-218 H/813-833
M), sebelum hancurnya aliran Mu’tazilah, ilmu-ilmu umum yang bertitik tolak
dari nalar dan kajian-kajian empiris dipelajari di madrasah.
Pengaruh Al-Ghazali (1085-1111 M)
disebut sebagai awal pemisahan ilmu agama dengan ilmu umum. Ada beberapa kota yang
menjadi pusat kajian islam di zamannya, yaitu Nisyapur, Baghdad, Kairo, Damaskus dan Jerussalem. Ada empat perguruan tinggi tertua di dunia muslim, yaitu (1)
Nizhamiyah di Baghdad (2) Al-Azhar di Kairo Mesir (3) Cordova (bagian barat)
dan (4) Kairwan Amir Nizam Al-Muluk di Maroko. Sejarah singkat masing-masing
pusat studi islam di gambarkan sebagai berikut:
a.
Nizhamiyah di Baghdad
Perguruan tinggi
Nizhamiyah di Baghdad ini berdiri pada tahun 445 H/1063 M.[1]
Perguruan tinggi ini dilengkapi dengan perpustakaan yang terpandang kaya raya
di baghdad, yakni Bait Al-Hikmah yang dibangun oleh Khalifah Al-Makmun (813-833
M), salah seorang ulama besar yang pernah
mengajar di sana, adalah ahli pikir islam terbesar, Abu Hamid Al-Ghazali
(1058-1111 M), yang kemudian terkenal dengan sebutan Imam Ghazali.[2]
Di lembaga ini ada
empat unsur pokok, yakni (1) seorang mudarris (guru besar) yang bertanggung
jawab terhadap pengajaran di lembaga pendidikan, muqri’ (ahli Al-Qur’an) yang
mengajar Al-Qur’an di masjid, muhaddis (ahli hadis) yang mengajar hadis lembaga
pendidikan, dan seorang pustakawan (Bait Al-Maktub) yang bertanggung jawab
terhadap perpustakaan, mengajar bahasa dan hal-hal yang terkait.
Perguruan tinggi tertua
di Baghdad ini hanya sempat hidup hampir dua abad. Yang akhirnya hancur akibat
penyerbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulaghu Khan pada tahun 1258 M.
b.
Al-Azhar di Kairo Mesir
Panglima besar Juhari
Al-Siqili pada tahun 362 H/972 M membangun Perguruan Tinggi Al-Azhar dengan
kurikulum berdasarkan ajaran sekte Syiah. Pada masa pemerintahan Khalifah
Al-Hakim Biamrillah (966-1020), khalifah keenam dari Daulat Fathimiyah, ia pun
membangun perpustakaan terbesar di Al-Qahirah untuk mendampingi Perguruan Tinggi
Al-Azhar, yang diberi nama Bait Al-Hikmah (Balai ilmu pengetahuan), seperti
nama perpustakaan terbesar di Baghdad.
Pada tahun 567 H/1171 M
Daulat Fathimiyah di tumbangkan oleh Sultan Salahuddin Al-Ayyubi yang
mendirikan Daulat Ayyubiyah (1171-1269 M) dan menyatakan tunduk kembali kepada
Daulat Abbasyiah di Baghdad. Kurikulum pada perguruan tinggi Al-Azhar lantas
mengalami perombakan total, dari aliran Syi’ah kepada aliran Sunni. Ternyata
perguruan tinggi al-Azhar ini mampu hidup terus sampai sekarang, yakni sejak
abad ke-10 M sampai abad ke-20 M dan
tampaknya akan tetap selama hidupnya.[3]
Universitas al-Azhar
dapat dibedakan menjadi dua periode : pertama, periode sebelum tahun
1961 dan kedua, periode setelah 1961, dimana fakultas-fakultasnya sama
seperti yang ada di IAIN sekarang, dan periode setelah tahun 1961, dimana
fakultas-fakultas dan ilmu-ilmu yang dikaji telah meliputi seluruh cabang ilmu
pengetahuan umum dan agama. Kalau peride pertama kita sebut periode Qadim
(lama), dan kedua sebagai periode Jadid (baru), maka yang dicontoh IAIN selama
ini ialah Al-Azhar periode Qadim.
c.
Perguruan Tinggi
Cordova
Adapun sejarah singkat
Cordova dapat digambarkan demikian, bahwa di tangan Daulat Ummayah, semenanjung
Liberia yang berabad-abad sebelumnya terpandang daerah minus, berubah bagaikan
disulap menjadi daerah yang makmur dan kaya raya akan pembangunan
bendungan-bendungan irigasi di sana sini
menuruti contoh lembah Nil dan lembah Ephrate. Bahkan pada masa berikutnya, Cordova menjadi pusat ilmu dan
kebudayaan yang gilang gemilang sepanjang zaman tengah. The Historians’ History
of the World menulis tentang peri
keadaan pada masa pemerintahan Amir Abdurrahman I (756-788 M) itu, sebagai berikut, demikian tulis buku
sejarah terbesar tersebut tentang perikeadaan Andalusia waktu itu, yang
merupakan pusat intelektual di eropa dan dikagumi kemakmurannya. Sejarah
mencatat, sebagai contoh, bahwa Aelhoud dari Bath (Inggris) belajar ke Cordova
pada tahun 1120 M, dan pelajaran yang dituntunnya adalah geometri, algebra (aljabar),
matematik. Gerard dari Cremona belajar di Toledo seperti halnya Aelhoud ke
Cordova. Begitu pula tokoh-tokoh
lainnya.
d.
Kairawan Nizam al-Muluk
di Maroko
Perguruan tinggi
Kairwan ini berada di kota Fez (Afrika Barat). Perguruan tinggi ini bermula
dibangun pada tahun 859 M oleh puteri seorang saudagar hartawan di kota Fez,
yang berasal dari Kairawan (Tunisia). Pada tahun 305 H/918 M perguruan tinggi ini diserahkan kepada pemerintah
dan sejak saat itu menjadi perguruan tinggi resmi, yang perluasan dan perkembangannya
berada di bawah pengawasan dan pembiayaan negara.
Seperti halnya
perguruan tinggi Al-Azhar, perguruan tinggi Kairawan masih tetap hidup sampai sekarang. Di antara
sekian banyak alumninya adalah pejuang nasionalis muslim terkenal, diantaranya
adalah Allal Al-Fasi, dan Mahdi Ben Barka, yang berhasil mencapai kemerdekaan
Maroko dari penjajahan Perancis sehabis perang Dunia kedua, lalu pejabat PM
Maroko di bawah Sultan Muhammad V. Sedangkan ilmuan termasyhur yang pernah
menjadi maha gurunya antara lain Ibnu Thufail (1106-1185 M) dan Ibnu Rusyd
(1126-1198 M), pada masa Daulat Almuwahhidin dari Eropa, maka nama Avenbacer
(Abu bakar Ibnu Thufail) dan Averroes (Ibnu Rusyd) dan Avempas (Ibnu Bajah) dan
Alhazem (Imnu Hazmi) dan lainnya, amat populer dan harum di Eropa.
Sebagai catatan,
perguruan tinggi Al-Azhar (972 M) di Mesir, dan perguruan tinggi Kairwan (859
M) di Maroko, adalah lebih tua dibandingkan dengan perguruan tinggi Oxford
(1163 M) dan perguruan tinggi Cambridge (1209 M) di Inggris, dan perguruan
tinggi Sorbonne (1253 M) di Perancis,
perguruan tinggi Tubingen (1477 M) di Jerman, dan perguruan tinggi Edinburg
(1582 M) di Skotlandia.
Penyebab utama
kemunduruan dunia muslim, khususnya di bidang ilmu pengetahuan adalah terpecahnya kekuatan politik
yang digoyang oleh tentara bayaran Turki. Kemudian dalam kondisi demikian datang musuh dengan membawa bendera
perang salib. Akhirnya, Baghdad sebagai pusat ilmu pengetahuan ketika itu dihancurkan
Hulaghu Khan tahun 1258 M. Pusat-pusat studi termasuk yang dihancurkan Hulaghu Khan.
Dapat di simpulkan dari
berbagai perguruan tinggi yang telah muncul di dunia timur tersebut itu
membuktikan bahwasannya dunia islam pernah menguasai dunia ilmu pengetahuan
khususnya di dunia timur.dan ini juga membuktikan bahwa ajaran agama islam
merupakan ajaran yang sempurna baik dari segi ilmu ketuhanan maupun ilmu yang
berkaitan dengan dunia.
B. Sejarah Perkembangan Studi Islam di Dunia Barat
Kemajuan peradaban barat dimulai pada Periode
Pertengahan (1250-1800 M), yang mana peradaban islam pada periode ini
mengalami stagnasi. Sedangkan peradaban barat mengalami perkembangan yang
sangat pesat dari ilmu pengetahuan dan teknologi sampai sekarang ini.
Sebenarnya perkembangan tersebut banyak dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan
islam. Sebagaimana kita ketahui bahwa Andalusia (Spanyol) pada massa
pemerintahan Bani Abbasiyah adalah merupakan salah satu tempat yang paling
utama bagi Eropa dalam menyerap peradaban islam baik dalam bentuk hubungan
politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antar negara. Salah satu contoh yang kami ambil adalah pemikiran Ibnu Rusyd yang
melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berfikir.
Dari pemikiran Ibnu
Rusyd inilah yang menarik minat orang-orang barat untuk belajar. Diantara pemuda Kristen Eropa yang belajar di
Universitas-Universitas Islam di Andalusia, seperti Universitas Codova
(pendirinya abd Al Rahman III), Seville, Malaga, Granada dan Salamanca. Selama
mereka belajar di lembaga-lembaga tersebut, mereka aktif menterjemahkan
buku-buku karya para ilmuan muslim. Pusat kegiatan terjemahan itu berada di
Toledo. Setelah mereka kembali kenegara masing-masing, mereka mendirikan
Sekolah-sekolah dan Universitas. Universitas yang pertama mereka dirikan di
Eropa pada tahun 1231 Masehi.[4]
Jadi sudah jelaslah
menurut kami, bahwa latar belakang Berkembanganya Studi Islam di Dunia Barat
adalah disebabkan para pelajar barat yang datang ke Jazirah Arabiyah untuk
belajar. Disamping itu juga mereka telah berhasil menterjemahkan karya-karya
ilmuan muslim kedalam bahasa latin.
Gerakan ini pada
akhirnya menimbulkan massa pencerahan dan revolusi industri, yang menyebabkan
Eropa maju. Dengan demikian Andalusia merupakan sumber-sumber cahaya bagi
Eropa, memberikan kepada benua itu manfaat dari ilmu dan budaya Islam selama
hampir tiga abad.
a. Dampak yang ditimbulkan dari Perkembangan Studi Islam Bagi Dunia Barat.
Setelah Studi Islam
Berkembangan begitu pesatnya di dunia barat, maka mulai tampaklah kelihatan
dampak-dampak yang ditimbulkannya mulai dari hal yang positif maupun negatif.
- Dampak Positif
Kehadiran Islam di Eropa Spanyol membawa perubahan dalam berbagai segi
kehidupan masyarakat, terutama dalam aspek peradaban dan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dari hal ini telah menimbulkan semangat orang barat dalam
mempelajari ilmu pengetahuan yang dibawah oleh islam. Al hasil, maka banyaklah
orang barat yang menguasai ilmu pengetahuan dari islam, seperti ilmu kimia,
ilmu hitung, ilmu tambang (minerologi), meteorology (karya Al Khazini), dan
sebagainya. Sedangkan dibidang teknologi adalah orang barat bisa membuat
berbagai macam alat industri yang dihasilkan dari observasi atau penelitian.
Sekitar abad ke-16 M telah ditemukan sebuah alat perajut kaos kaki. Kemudian
tahun 1733 M John Kay telah berhasil membuat alat tenun baru yang dapat bekerja
lebih cepat dan menghasilkan tenunan yang baik. Pada tahun 1765 M Hargreaves
berhasil membuat alat pintal yang dapat memintal berpuluh-puluh gulung benang
sekaligus. Kemudian sekitar tahun 1780 M terjadi revolusi industri di Inggris,
seperti ditemukannya mesin uap oleh James Watt pada tahun 1769 M dan alat tenun
oleh Cartwright tahun 1785 M yang menyebabkan Inggris menjadi negara industri
maju.[5]
- Dampak Negatif
Diatas telah kami jelaskan, bagaimana dampak positif dari perkembangan
studi Islam di dunia barat. Perlu diketahui disamping adanya dampak positif,
ada juga dampak negatif yang ditimbulkannya.Adapun dampak negatif itu adalah
dapat kami uraikan sebagai berikut :
1). Setelah bangsa barat menjadi bangsa yang maju dan telah mengalami
revolusi dibidang industri. Maka mereka mendapati masalah kekurangan bahan baku dalam kegiatan
industrinya. Kemudian untuk mencari jalan keluarnya mereka berlomba-lomba
mencari di dunia Timur, yang kebanyakan dikuasai oleh pemerintahan muslim. Di
samping itu, mereka juga memerlukan tempat pemasaran baru bagi hasil
industrinya ke negara-negara Timur. Sebagai akibatnya, banyak negara-negara
Barat datang kedunia Timur dan terjadilah Ekspansi besar-besaran dalam bidang
social, politik, ekonomi dan sebagainya. Di waktu itulah terjadi suatu massa
kolonial dan imperial, yaitu massa dimana bangsa-bangsa Barat melakukan
penjajahan terhadap dunia Timur, khususnya dunia muslim. Suasana seperti itu
menyebabkan dunia Timur mengalami kemunduran dan Barat mencapai kemajuan pesat
dari hasil kolonialisme dan imperialisme atas dunia Timur.[6]
2). Rupanya dampak negatif yang kedua ini adalah bagaikan kacang lupa
kulitnya. Saya kira istilah ini memang pantas ditunjukkan pada orang barat,
karena kenapa ? mereka sungguh tidak tahu diri. Ilmu yang berkembang di Dunia
Barat itu adalah dari islam, akan tetapi mereka mengingkarinya, mereka tidak
mengakui. Malahan mereka mengaku ilmu tersebut berasal dari peradaban lain,
bukan dari peradaban islam. Ada seorang sarjana bernama Max Dimont mengatakan
bahwa orang Barat itu menderita Narcisisme, yaitu mereka mengagumi diri
mereka sendiri, dan kurang memiliki kesediaan untuk mengakui utang budinya
kepada bangsa-bangsa lain. Mereka hanya mengatakan, bahwa yang mereka dapatkan
itu adalah warisan dari Yunani dan Romawi.
b. Perkembangan Studi Islam di Negara-Negara Barat
Dalam perkembangan
studi islam di Negara-Negara Barat, dalam bagian tertentu dapat dibedakan sebagai
berikut :
1) Studi Islam mensyaratkan kajian intensif tentang
bahasa Arab sebagai bahasa. Diantara pemula pakar bahasa Arab dari Jerman
adalah Johann Jokab Reiske (1716-1774). Kajian-kajian bahasa Arab berkembang
secara luas di Eropa sejak permulaan abad ke-19. salah satu dari ahli-ahli
dalam bidang ini adalah seorang sarjana Perancis A.I. sylvestre de Sacy
(1758-1838).
2) Studi teks hanya dapat dilakukan berdasarkan
pada pengetahuan yang solid tentang bahasa Arab dan bahasa islam yang lain,
seperti bahasa Persia, Turki, Urdu dan melayu-termasuk di dalamnya kritik teks
dan sejarah kesustraan. Dengan demikian edisi-edisi dari teks-teks tersebut
dianggap sebagai pra-syarat dalam kajian-kajian tekstual.
3) Keahlian dalam kajian teks, pada gilirannya, merupakan
pra-syarat dalam kajian sejarah. Termasuk didalamnya berbagai kajian terhadap
para sejarawan muslim. Sebagian besar Studi Islam saat ini di Negara-negara
Barat lebih bisa dipahami dengan latar belakang perkembangan histories. Sejarah
Studi Islam merupakan sebuah kajian tersendiri; dalam kesempatan ini barangkali
cukup untuk mengacu pada sebuah monograf yang berkaitan dengan persoalan
tersebut, serta sebuah kajian yang memfokuskan pada lima islamolog terkemuka
pada 100 tahun pertama studi Islam.[7]
Dari tiga penjelasan
tersebut dapat kami simpulkan bahwa dalam mengkaji studi islam dapat melalui
kajian intensif dalam bahasa, teks, dan yang terakhir dari sudut pandang
historis yang pada akirnya studi islam itu sendiri dapat di pahami dan di
kembangkan di dunia barat.
C. PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DI INDONESIA
Indonesia adalah sebuah negeri agraris sekaligus maritim yang memiliki
berbagai bentuk masyarakat, kebuadayaan, watak, dan kehidupan sosial yang
berbeda-beda. Agama Islam sebagai agama yang memiliki rahmat bagi seluruh alam
memiliki otoritas dalam upaya menyatukan cara berfikir yang kemudian
berimplikasi pada perbuatan yang nyata, khususnya pada masyarakat Indonesia itu
sendiri.
Dalam upayanya, Islam yang dibawa oleh saudagar-saudagar dari Timur Tengah
(Arab, India, Gujarat dll.) pada awalnya masih memiliki keterbatasan pada
sistem dan kurikulimnya. Namun, ada hal yang menarik dalam memahami
dinamika-dinamika perkembangan Studi Islam di Indonesia.
Perkembangan studi Islam di Indonesia dapat
digambarkan demikian. Bahwa lembaga/ sistem pendidikan Islam di Indonesia
memiliki tahapan-tahapan seperti: a. Sistem langgar b. Sistem pesantren c. Sistem kelas d.
Perguruan Tinggi
a. Sistem langgar
Yang dimaksud pendidikan dengan sistem langgar adalah
pendidikan yang dijalankan di langgar, surau, masjid, atau di rumah guru.
Kurikulumnyapun bersifat elementer, yakni mempelajari abjad huruf arab. Dengan
sistem ini dikelola oleh ‘alim, mudin, lebai. Mereka ini umumnya berfungsi
sebagai guru agama atau sekaligus menjadi tukang baca do’a.[8]
di masjid atau dilanggar mereka; guru dan murid-murid duduk bersila atau tanpa
bangku.
b. Sistem Pesantren
Umumnya kurikulum sistem pesantren adalah pada tingkat
awal hanya untuk mengenal huruf abjad Arab. Kemudian pada tingkat selanjutnya
diajarakan lagu-lagu qasidah; berzanji, tajuwid, mengaji kitab Farukunan.
Pengajaran dengan sistem Pesantren ini dilakukan
dengan dua cara:.
1. Dengan cara sorogan, yakni seorang murid berhadapan
secara langsung dengan guru,dan bersifat perorangan.
2. Dengan cara halaqah, yakni guru dikelilingi oleh
murid-murid
Adapun system pendidikan dengan pesantren atau dapat diidentikan dengan huttab, dimana seorang kiyai mengajari santri dengan sarana masjid sebagai tempat pengajaran/pendidikan, dan didukung oleh pondok sebagai tempat tinggal santri.
Adapun system pendidikan dengan pesantren atau dapat diidentikan dengan huttab, dimana seorang kiyai mengajari santri dengan sarana masjid sebagai tempat pengajaran/pendidikan, dan didukung oleh pondok sebagai tempat tinggal santri.
Hanya saja sorogan di pesantren biasanya dengan cara
si santri yang membaca kitab, sementara kiyai mendengar, sekaligus mengoreksi
kalau ada kesalahan.
c.
Sistem kelas.
Setelah sistem kerajaan kemudian mulai akhir abad ke
19, perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, mulai lahir sekolah model
Belanda; sekolah Eropa, sekolah Vernahuler. Sekolah Eropa khusus bagi ningrat
Belanda. Di samping itu ada sekolah pribumi yang mempunyai sistem yang sama
dengan sekolah-sekolah Belanda tersebut, seperti sekolah taman siswa(adalah
nama sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar
Dewantara pada tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta (Taman berarti
tempat bermain atau tempat belajar, dan Siswa berarti murid).Pada waktu pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa
ini diberi nama "National Onderwijs Institut Taman Siswa", yang
merupakan realisasi gagasan beliau bersama-sama dengan teman di paguyuban Sloso Kliwon. Sekolah Taman Siswa ini sekarang berpusat di balai
Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman
Siswa, Yogyakarta, dan mempunyai 129 sekolah
cabang di berbagai kota di seluruh Indonesia
Kemudian dasawarsa kedua abad ke 20 muncul madrsah dan
sekolah-sekolah model Belanda oleh organisasi Islam seperti Muhammadiyah,
Nahdatul Ulama, Jama’at al-Khair, dan lain-lain.
Kemudian pada tahun 1916, Nahdatul Ulama membuka madrasah salafiyah di Tebuireng, yang dalam
kurikulumnya memasukkan pelajaran baca tulis huruf latin. Pada tahun 1923 ada
empat sekolah Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta, dan
di Jakarta berdiri sekolah HIS (Hollands Inlands School).
d. Perguruan tinggi
Kemudian pada level perguruan tinggi dapat
digambarkan, bahwa berdirinya perguruan tinggi Islam tidak dapat dilepaskan
dari adanya keinginan umat Islam Indonesia untuk memiliki lembaga pendidikan
tinggi Islam sejak colonial. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, pada bulan
April 1945 ulama cendekianwan. Dalam pertemuan itu dibentuklah panitia
Perencana Sekolah Tinggi Islam yang diketauai oleh Drs. Moh. Hatta dengan
anggota-anggota antara lain: K.H. Mas Mansur, K.H.A. Muzakkir, K.H R.F Kafrawi
dan lain-lain. Setelah persiapan cukup, pada tanggal 8 Juli 1945 atau tanggal
27 Rajab 1364 H, bertepatan dengan hari Isra’ dan Mi’raj diadakan upacara
pembukaan resmi Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta.
Setelah
proklamasi dan ibu kota Republik Indonesia pindah ke Yogyakarta, STI juga
hijrah ke kota tersebut dan berubah namanya menjadi Universitas Islam Indonesia
(UII) dengan empat fakultas, yaitu: Agama, Hukum, Ekonomi, dan Pendidikan. Fakultas Agama UII ini
kemudian dinegerikan dan menjelma menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri
(PTAIN) yang diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1950 dan
pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Bersama Mentri Agama dan Menteri
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No. K/I/14641 Tahun 1951 (Agama) dan No.
28665/Kab. Tahun 1951 (Pendidikan) tanggal 1-9-1951.
PTAIN membuka tiga jurusan, yaitu Jurusan Qadla,
Tarbiyah dan Dakwah. Setelah PTAIN berjalan kira-kira sembilan tahun-waktu itu
Ketua Fakultasnya adalah Prof. Muhtar Yahya dirasakan tidak mungkin
mempertahankan hanya satu fakultas. Dengan alasan, karena demikian luasnya ilmu
pengetahuan keagamaan Islam,. Maka pada tahun 1960 PTAIN dilebur dan digabungkan
dengan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADAI) milik Departemen Agama yang didirikan di
Jakarta dengan Penetapan Menteri Agama No. 1 Tahun 1957. Pengabungan Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) dengan Peraturan Presiden RI Nomor 11 tahun 1960 dan
Penetapan Menteri Agama No. 43 tahun 1960 tetang peyelengaraan IAIN. Maka IAIN
al-Jami’ah al-Islamiyah al-Hukumiyah diresmikan berdirinya oleh Menteri Agama
RI pada tanggal 2 Rabi’ul Awwal 1380 H bertepatan dengan tanggal 28 Agustus
1960 berdasarkan PP. No. 11 tahun 1960 tanggal 9 Mei 1960. IAIN di Yogyakarta
dan ADIA di Jakarta.
Melihat perkembangan IAIN yang pesat yang ditandainya
dengan banyaknya berdiri fakultas-fakultas cabang di daerah-daerah menunjukkan
minat masuk IAIN. Kondisi ini melatarbelakangi lahirnya PP No. 27 Tahun 1963,
yang memungkinkan didirikanya IAIN yang terpisah dari pusat. Dari sisi waktu
berdirinya IAIN dapat digambarkan berikut:
1. IAIN Ar-Raniry Banda Aceh tanggal 5 Oktober 1963.
2. IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tanggal 5 Desember
1963.
3. IAIN Raden Fatah Palembang tanggal 22 Oktober 1964.
4. IAIN Antasari Kalimantan Selatan tanggal 22 Nopember
1964.
5. IAIN Sunan Ampel Surabaya tanggal 6 Juli 1965.
6. IAIN Alauddin Ujung Pandang tanggal 28 Oktober 1965.
7. IAIN Imam Bonjol Padang tanggal 21 Nopember 1966.
8. IAIN Sultasn Taha Saefuddin Jambi tahun 1967.
Dengan adanya perguruan
tinggi tersebut itu membuktikan bahwa studi islam di indonesia cukup baik dalam
mengawal zaman yang semakin modern. Kesimpulannya baik dari segi ulama,
pemerintah dan masyarakat yang ada di indonesia sebenarnya saling mendukung
sehingga terciptalah studi studi islam yang dapat memfasilitasi umat islam
dalam bersaing di dunia pengetahuan dengan umat umat yang lain.
BAB III KESIMPULAN
Di dunia timur studi
islam sudah sangat baik, hal ini dapat di buktikan Adanya beberapa kota yang menjadi pusat
kajian islam di zamannya, yaitu Nisyapur, Baghdad, Kairo, Damaskus dan Jerussalem.
Ada empat perguruan tinggi tertua di dunia muslim, yaitu (1) Nizhamiyah di
Baghdad (2) Al-Azhar di Kairo Mesir (3) Cordova (bagian barat) dan (4) Kairwan
Amir Nizam Al-Muluk di Maroko.
Selanjutnya dalam dunia
barat dapat kita lihat banyaknya bermunculan para pemikir pemikir tentang studi
baik itu masalah agama maupun ilmu umum. Hal inilah yang menjadikan studi islam
lebih berkembang pesat di barat. Salah satu contoh yang kami ambil adalah
pemikiran Ibnu Rusyd yang melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan
berfikir.
Indonesia adalah negara
yang terbanyak umat islam juga tidak kalah dalam dunia studi islam hal ini
dapat kita ketahui dari perkembangan pola pembelajaran dari awal islam masukdi
ndonesia hingga saat ini. Perkembangan studi Islam di Indonesia dapat digambarkan
demikian. Bahwa lembaga/ sistem pendidikan Islam di Indonesia memiliki
tahapan-tahapan seperti: Sistem langgar, Sistem pesantren, Sistem kelas, Perguruan Tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan , Andi dkk. 2005. Pengantar Studi
Islam. Yogyakarta: Pokja
Akademik UIN Sunan Kalijaga.
Hasbullah. 1995. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintas Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan.Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada.
Joesoef sou’yb.
1985. Orientalisme dan Islam .Jakarta
: bulan bintang.
Murodi. 2003.Sejarah
Kebudayaan Islam; Madrasah Aliyah Kelas Tiga.Jakarta: Karya Toha Putra.
Nanji,Azim.
2003. Peta Studi Islam; Orientalisme dan Arah Baru Kajian Islam di Barat.
Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru
[1] Joesoef
sou’yb, Orientalisme dan Islam
(Jakarta : bulan bintang, 1985), hlm. 37-38.
[2] Andi darmawan,
M.Ag dkk, Pengantar Studi Islam,
(Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2005), hlm. 37
[4] Murodi, Sejarah
Kebudayaan Islam; Madrasah Aliyah Kelas Tiga, (Jakarta: Karya Toha Putra
Semarang, 2003). hlm. 65
[5] Murodi, Sejarah
Kebudayaan Islam; Madrasah Aliyah Kelas Tiga, (Jakarta: Karya Toha Putra
Semarang, 2003). hlm. 149
[7] Azim Nanji, Peta
Studi Islam; Orientalisme dan Arah Baru Kajian Islam di Barat, (Yogyakarta:
Fajar Pustaka Baru, 2003). hlm. 3-5
[8] Hasbullah, Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia, Lintas Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan (Jakarta
: PT RajaGrafindo Persada, 1995), hlm. 21-22