Selasa, 15 April 2014

SEJARAH PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DI TIMUR, BARAT DAN INDONESIA



SEJARAH PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DI TIMUR, BARAT DAN INDONESIA





Disusun Oleh:

Alamsyah                        (12210021)
Dian Ratnasari                (12210061)
                                                                                   

Dosen Pembimbing:

SYARNUBI, M.Pd.I

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2013/2014


BAB I PENDAHULUAN

Dalam mengarungi kehidupan di dunia ini manusia tidak dapat lepas dari sejarah/ pengalaman hidup. Sejarah merupakan kunci untuk kita dapat memperbaiki kehidupsn kita di masa depan, oleh karena itu mengetahui sejarah atau memahami sejarah merupakan cara untuk kita mengetahui apa yang harus kita lakukan pada masa yang akan datang. Dalam hal ini kami akan mengangkat sebuah pembahasan tentang sejarah perkembangan studi islam di timur, barat, dan indonesia. Da beberapa hal yang harus kita ketahui berama dalam memahami pembahasan tersebut yang pertama yaitu mengetahui pola pembelajaran yang ada pada konteks terdahulu sampai sekarang baik di timur, barat maupun indonesia.yang kedua adalah dampak positif dan negatif yang terdapat dalam studi islam yang di laksanakan pada masa terdahulu hingga sekarang baik di timur, barat, dan indonesia. Dan yangterakhir inti dari pembahasan ini merupakan pemahaman tentang sudi studi islam pada masa terdahulu hingga sekarang dan selanjutnya memmenerapkan hal hal yang di anggap tepat ntuk sekarang dan diharapkan juga ddapat menemukan inspirasi baru untuk memajukan studi studi islam pada era saat ini baik di timur, barat, dan indonesia.
Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya muslim hal ini yang seharusnya di amati perjalanan sejarahstudi islam, baik dari masa awal masuknya islam hingga saat ini. Jika di lihat dari awal masuknya islam hingga sekarang, Perkembangan studi Islam di Indonesia dapat digambarkan demikian. Bahwa lembaga/ sistem pendidikan Islam di Indonesia memiliki tahapan-tahapan sebagai seperti,Sistem langgar, Sistem kelas dan perguruan tinggi.








BAB II PEMBAHASAN
A.    Sejarah Perkembangan Studi Islam di Dunia Timur
Perkembangan agama Islam tdak lepas dari perembangan ilmu pengetahuan dunia/ umum. Tepatnya pada  akhir periode madinah sampai dengan 4 H, fase pertama pendidikan islam masih di masjid-masjid  dan rumah-rumah, dengan ciri hafalan. Namun sudah diperkenalkan logika matematika, ilmu alam, kedokteran, kimia, musik, sejarah dan geografi. Selama abad ke-5 H, selama periode Khalifah Abbasyiah, sekolah-sekolah didirikan di kota-kota dan mulai menempati gedung-gedung besar, bukan lagi masjid, dan mulai yang bersifat intelektual, ilmu alam dan ilmu sosial.
Berdirinya sistem madrasah adalah di abad 5 H/akhir abad 11 M, justru menjadi titik balik kejayaan. Sebab madrasah dibiayai dan diprakarsai negara. Kemudian madrasah menjadi alat penguasa untuk mempertahankan doktrin-doktrin terutama oleh Kerajaan Fatimah di Kairo. Sebelumnya di sekolah ini diajarkan kimia, kedokteran, filsafat, diganti hanya mempelajari tafsir, kalam fiqih dan bahasa. Matematika hilang dari kurikulum Al-Azhar tahun 1748 M. Memang pada masa kekhalifahan Abbasyiah Al-Ma’mun (198-218 H/813-833 M), sebelum hancurnya aliran Mu’tazilah, ilmu-ilmu umum yang bertitik tolak dari nalar dan kajian-kajian empiris dipelajari di madrasah.
Pengaruh Al-Ghazali (1085-1111 M) disebut sebagai awal pemisahan ilmu agama dengan ilmu umum. Ada beberapa kota yang menjadi pusat kajian islam di zamannya, yaitu Nisyapur, Baghdad, Kairo, Damaskus dan Jerussalem. Ada empat perguruan tinggi tertua di dunia muslim, yaitu (1) Nizhamiyah di Baghdad (2) Al-Azhar di Kairo Mesir (3) Cordova (bagian barat) dan (4) Kairwan Amir Nizam Al-Muluk di Maroko. Sejarah singkat masing-masing pusat studi islam di gambarkan sebagai berikut:
a.         Nizhamiyah di Baghdad
Perguruan tinggi Nizhamiyah di Baghdad ini berdiri pada tahun 445 H/1063 M.[1] Perguruan tinggi ini dilengkapi dengan perpustakaan yang terpandang kaya raya di baghdad, yakni Bait Al-Hikmah yang dibangun oleh Khalifah Al-Makmun (813-833 M), salah seorang ulama besar yang pernah  mengajar di sana, adalah ahli pikir islam terbesar, Abu Hamid Al-Ghazali (1058-1111 M), yang kemudian terkenal dengan sebutan Imam Ghazali.[2]
Di lembaga ini ada empat unsur pokok, yakni (1) seorang mudarris (guru besar) yang bertanggung jawab terhadap pengajaran di lembaga pendidikan, muqri’ (ahli Al-Qur’an) yang mengajar Al-Qur’an di masjid, muhaddis (ahli hadis) yang mengajar hadis lembaga pendidikan, dan seorang pustakawan (Bait Al-Maktub) yang bertanggung jawab terhadap perpustakaan, mengajar bahasa dan hal-hal yang terkait.
Perguruan tinggi tertua di Baghdad ini hanya sempat hidup hampir dua abad. Yang akhirnya hancur akibat penyerbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulaghu Khan pada tahun 1258 M.
b.        Al-Azhar di Kairo Mesir
Panglima besar Juhari Al-Siqili pada tahun 362 H/972 M membangun Perguruan Tinggi Al-Azhar dengan kurikulum berdasarkan ajaran sekte Syiah. Pada masa pemerintahan Khalifah Al-Hakim Biamrillah (966-1020), khalifah keenam dari Daulat Fathimiyah, ia pun membangun perpustakaan terbesar di Al-Qahirah untuk mendampingi Perguruan Tinggi Al-Azhar, yang diberi nama Bait Al-Hikmah (Balai ilmu pengetahuan), seperti nama perpustakaan terbesar di Baghdad.
Pada tahun 567 H/1171 M Daulat Fathimiyah di tumbangkan oleh Sultan Salahuddin Al-Ayyubi yang mendirikan Daulat Ayyubiyah (1171-1269 M) dan menyatakan tunduk kembali kepada Daulat Abbasyiah di Baghdad. Kurikulum pada perguruan tinggi Al-Azhar lantas mengalami perombakan total, dari aliran Syi’ah  kepada aliran Sunni. Ternyata perguruan tinggi al-Azhar ini mampu hidup terus sampai sekarang, yakni sejak abad ke-10 M sampai abad ke-20 M dan  tampaknya akan tetap selama hidupnya.[3]
Universitas al-Azhar dapat dibedakan menjadi dua periode : pertama, periode sebelum tahun 1961 dan kedua, periode setelah 1961, dimana fakultas-fakultasnya sama seperti yang ada di IAIN sekarang, dan periode setelah tahun 1961, dimana fakultas-fakultas dan ilmu-ilmu yang dikaji telah meliputi seluruh cabang ilmu pengetahuan umum dan agama. Kalau peride pertama kita sebut periode Qadim (lama), dan kedua sebagai periode Jadid (baru), maka yang dicontoh IAIN selama ini ialah Al-Azhar periode Qadim.
c.         Perguruan Tinggi Cordova
Adapun sejarah singkat Cordova dapat digambarkan demikian, bahwa di tangan Daulat Ummayah, semenanjung Liberia yang berabad-abad sebelumnya terpandang daerah minus, berubah bagaikan disulap menjadi daerah yang makmur dan kaya raya akan pembangunan bendungan-bendungan irigasi  di sana sini menuruti contoh lembah Nil dan lembah Ephrate. Bahkan pada masa berikutnya, Cordova menjadi pusat ilmu dan kebudayaan yang gilang gemilang sepanjang zaman tengah. The Historians’ History of the World menulis tentang peri keadaan pada masa pemerintahan Amir Abdurrahman I (756-788 M) itu, sebagai berikut, demikian tulis buku sejarah terbesar tersebut tentang perikeadaan Andalusia waktu itu, yang merupakan pusat intelektual di eropa dan dikagumi kemakmurannya. Sejarah mencatat, sebagai contoh, bahwa Aelhoud dari Bath (Inggris) belajar ke Cordova pada tahun 1120 M, dan pelajaran yang dituntunnya adalah geometri, algebra (aljabar), matematik. Gerard dari Cremona belajar di Toledo seperti halnya Aelhoud ke Cordova. Begitu pula tokoh-tokoh lainnya.
d.        Kairawan Nizam al-Muluk di Maroko
Perguruan tinggi Kairwan ini berada di kota Fez (Afrika Barat). Perguruan tinggi ini bermula dibangun pada tahun 859 M oleh puteri seorang saudagar hartawan di kota Fez, yang berasal dari Kairawan (Tunisia). Pada tahun 305 H/918 M perguruan tinggi ini diserahkan kepada pemerintah dan sejak saat itu menjadi perguruan tinggi resmi, yang perluasan dan perkembangannya berada di bawah pengawasan dan pembiayaan negara.
Seperti halnya perguruan tinggi Al-Azhar, perguruan tinggi Kairawan masih tetap hidup sampai sekarang. Di antara sekian banyak alumninya adalah pejuang nasionalis muslim terkenal, diantaranya adalah Allal Al-Fasi, dan Mahdi Ben Barka, yang berhasil mencapai kemerdekaan Maroko dari penjajahan Perancis sehabis perang Dunia kedua, lalu pejabat PM Maroko di bawah Sultan Muhammad V. Sedangkan ilmuan termasyhur yang pernah menjadi maha gurunya antara lain Ibnu Thufail (1106-1185 M) dan Ibnu Rusyd (1126-1198 M), pada masa Daulat Almuwahhidin dari Eropa, maka nama Avenbacer (Abu bakar Ibnu Thufail) dan Averroes (Ibnu Rusyd) dan Avempas (Ibnu Bajah) dan Alhazem (Imnu Hazmi) dan lainnya, amat populer dan harum di Eropa.
Sebagai catatan, perguruan tinggi Al-Azhar (972 M) di Mesir, dan perguruan tinggi Kairwan (859 M) di Maroko, adalah lebih tua dibandingkan dengan perguruan tinggi Oxford (1163 M) dan perguruan tinggi Cambridge (1209 M) di Inggris, dan perguruan tinggi Sorbonne (1253  M) di Perancis, perguruan tinggi Tubingen (1477 M) di Jerman, dan perguruan tinggi Edinburg (1582 M) di Skotlandia.
Penyebab utama kemunduruan dunia muslim, khususnya di bidang ilmu pengetahuan adalah terpecahnya kekuatan politik yang digoyang oleh tentara bayaran Turki. Kemudian dalam kondisi demikian datang musuh dengan membawa bendera perang salib. Akhirnya, Baghdad sebagai pusat ilmu pengetahuan ketika itu dihancurkan Hulaghu Khan tahun 1258 M. Pusat-pusat studi termasuk yang dihancurkan Hulaghu Khan.
Dapat di simpulkan dari berbagai perguruan tinggi yang telah muncul di dunia timur tersebut itu membuktikan bahwasannya dunia islam pernah menguasai dunia ilmu pengetahuan khususnya di dunia timur.dan ini juga membuktikan bahwa ajaran agama islam merupakan ajaran yang sempurna baik dari segi ilmu ketuhanan maupun ilmu yang berkaitan dengan dunia.
B.        Sejarah Perkembangan Studi Islam di Dunia Barat
Kemajuan peradaban barat dimulai pada Periode Pertengahan (1250-1800 M), yang mana peradaban islam pada periode ini mengalami stagnasi. Sedangkan peradaban barat mengalami perkembangan yang sangat pesat dari ilmu pengetahuan dan teknologi sampai sekarang ini. Sebenarnya perkembangan tersebut banyak dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan islam. Sebagaimana kita ketahui bahwa Andalusia (Spanyol) pada massa pemerintahan Bani Abbasiyah adalah merupakan salah satu tempat yang paling utama bagi Eropa dalam menyerap peradaban islam baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antar negara. Salah satu contoh yang kami ambil adalah pemikiran Ibnu Rusyd yang melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berfikir.
Dari pemikiran Ibnu Rusyd inilah yang menarik minat orang-orang barat untuk belajar. Diantara pemuda Kristen Eropa yang belajar di Universitas-Universitas Islam di Andalusia, seperti Universitas Codova (pendirinya abd Al Rahman III), Seville, Malaga, Granada dan Salamanca. Selama mereka belajar di lembaga-lembaga tersebut, mereka aktif menterjemahkan buku-buku karya para ilmuan muslim. Pusat kegiatan terjemahan itu berada di Toledo. Setelah mereka kembali kenegara masing-masing, mereka mendirikan Sekolah-sekolah dan Universitas. Universitas yang pertama mereka dirikan di Eropa pada tahun 1231 Masehi.[4]
Jadi sudah jelaslah menurut kami, bahwa latar belakang Berkembanganya Studi Islam di Dunia Barat adalah disebabkan para pelajar barat yang datang ke Jazirah Arabiyah untuk belajar. Disamping itu juga mereka telah berhasil menterjemahkan karya-karya ilmuan muslim kedalam bahasa latin.
Gerakan ini pada akhirnya menimbulkan massa pencerahan dan revolusi industri, yang menyebabkan Eropa maju. Dengan demikian Andalusia merupakan sumber-sumber cahaya bagi Eropa, memberikan kepada benua itu manfaat dari ilmu dan budaya Islam selama hampir tiga abad.
a.      Dampak yang ditimbulkan dari Perkembangan Studi Islam Bagi Dunia Barat.
Setelah Studi Islam Berkembangan begitu pesatnya di dunia barat, maka mulai tampaklah kelihatan dampak-dampak yang ditimbulkannya mulai dari hal yang positif maupun negatif.
  1. Dampak Positif
Kehadiran Islam di Eropa Spanyol membawa perubahan dalam berbagai segi kehidupan masyarakat, terutama dalam aspek peradaban dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari hal ini telah menimbulkan semangat orang barat dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang dibawah oleh islam. Al hasil, maka banyaklah orang barat yang menguasai ilmu pengetahuan dari islam, seperti ilmu kimia, ilmu hitung, ilmu tambang (minerologi), meteorology (karya Al Khazini), dan sebagainya. Sedangkan dibidang teknologi adalah orang barat bisa membuat berbagai macam alat industri yang dihasilkan dari observasi atau penelitian. Sekitar abad ke-16 M telah ditemukan sebuah alat perajut kaos kaki. Kemudian tahun 1733 M John Kay telah berhasil membuat alat tenun baru yang dapat bekerja lebih cepat dan menghasilkan tenunan yang baik. Pada tahun 1765 M Hargreaves berhasil membuat alat pintal yang dapat memintal berpuluh-puluh gulung benang sekaligus. Kemudian sekitar tahun 1780 M terjadi revolusi industri di Inggris, seperti ditemukannya mesin uap oleh James Watt pada tahun 1769 M dan alat tenun oleh Cartwright tahun 1785 M yang menyebabkan Inggris menjadi negara industri maju.[5]
  1. Dampak Negatif
Diatas telah kami jelaskan, bagaimana dampak positif dari perkembangan studi Islam di dunia barat. Perlu diketahui disamping adanya dampak positif, ada juga dampak negatif yang ditimbulkannya.Adapun dampak negatif itu adalah dapat kami uraikan sebagai berikut :
1). Setelah bangsa barat menjadi bangsa yang maju dan telah mengalami revolusi dibidang industri. Maka mereka mendapati masalah kekurangan bahan baku dalam kegiatan industrinya. Kemudian untuk mencari jalan keluarnya mereka berlomba-lomba mencari di dunia Timur, yang kebanyakan dikuasai oleh pemerintahan muslim. Di samping itu, mereka juga memerlukan tempat pemasaran baru bagi hasil industrinya ke negara-negara Timur. Sebagai akibatnya, banyak negara-negara Barat datang kedunia Timur dan terjadilah Ekspansi besar-besaran dalam bidang social, politik, ekonomi dan sebagainya. Di waktu itulah terjadi suatu massa kolonial dan imperial, yaitu massa dimana bangsa-bangsa Barat melakukan penjajahan terhadap dunia Timur, khususnya dunia muslim. Suasana seperti itu menyebabkan dunia Timur mengalami kemunduran dan Barat mencapai kemajuan pesat dari hasil kolonialisme dan imperialisme atas dunia Timur.[6]
2). Rupanya dampak negatif yang kedua ini adalah bagaikan kacang lupa kulitnya. Saya kira istilah ini memang pantas ditunjukkan pada orang barat, karena kenapa ? mereka sungguh tidak tahu diri. Ilmu yang berkembang di Dunia Barat itu adalah dari islam, akan tetapi mereka mengingkarinya, mereka tidak mengakui. Malahan mereka mengaku ilmu tersebut berasal dari peradaban lain, bukan dari peradaban islam. Ada seorang sarjana bernama Max Dimont mengatakan bahwa orang Barat itu menderita Narcisisme, yaitu mereka mengagumi diri mereka sendiri, dan kurang memiliki kesediaan untuk mengakui utang budinya kepada bangsa-bangsa lain. Mereka hanya mengatakan, bahwa yang mereka dapatkan itu adalah warisan dari Yunani dan Romawi.
b. Perkembangan Studi Islam di Negara-Negara Barat
Dalam perkembangan studi islam di Negara-Negara Barat, dalam bagian tertentu dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Studi Islam mensyaratkan kajian intensif tentang bahasa Arab sebagai bahasa. Diantara pemula pakar bahasa Arab dari Jerman adalah Johann Jokab Reiske (1716-1774). Kajian-kajian bahasa Arab berkembang secara luas di Eropa sejak permulaan abad ke-19. salah satu dari ahli-ahli dalam bidang ini adalah seorang sarjana Perancis A.I. sylvestre de Sacy (1758-1838).
2) Studi teks hanya dapat dilakukan berdasarkan pada pengetahuan yang solid tentang bahasa Arab dan bahasa islam yang lain, seperti bahasa Persia, Turki, Urdu dan melayu-termasuk di dalamnya kritik teks dan sejarah kesustraan. Dengan demikian edisi-edisi dari teks-teks tersebut dianggap sebagai pra-syarat dalam kajian-kajian tekstual.
3) Keahlian dalam kajian teks, pada gilirannya, merupakan pra-syarat dalam kajian sejarah. Termasuk didalamnya berbagai kajian terhadap para sejarawan muslim. Sebagian besar Studi Islam saat ini di Negara-negara Barat lebih bisa dipahami dengan latar belakang perkembangan histories. Sejarah Studi Islam merupakan sebuah kajian tersendiri; dalam kesempatan ini barangkali cukup untuk mengacu pada sebuah monograf yang berkaitan dengan persoalan tersebut, serta sebuah kajian yang memfokuskan pada lima islamolog terkemuka pada 100 tahun pertama studi Islam.[7]
Dari tiga penjelasan tersebut dapat kami simpulkan bahwa dalam mengkaji studi islam dapat melalui kajian intensif dalam bahasa, teks, dan yang terakhir dari sudut pandang historis yang pada akirnya studi islam itu sendiri dapat di pahami dan di kembangkan di dunia barat.
C. PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DI INDONESIA
Indonesia adalah sebuah negeri agraris sekaligus maritim yang memiliki berbagai bentuk masyarakat, kebuadayaan, watak, dan kehidupan sosial yang berbeda-beda. Agama Islam sebagai agama yang memiliki rahmat bagi seluruh alam memiliki otoritas dalam upaya menyatukan cara berfikir yang kemudian berimplikasi pada perbuatan yang nyata, khususnya pada masyarakat Indonesia itu sendiri.
Dalam upayanya, Islam yang dibawa oleh saudagar-saudagar dari Timur Tengah (Arab, India, Gujarat dll.) pada awalnya masih memiliki keterbatasan pada sistem dan kurikulimnya. Namun, ada hal yang menarik dalam memahami dinamika-dinamika perkembangan Studi Islam di Indonesia.
Perkembangan studi Islam di Indonesia dapat digambarkan demikian. Bahwa lembaga/ sistem pendidikan Islam di Indonesia memiliki tahapan-tahapan seperti: a. Sistem langgar b. Sistem pesantren c. Sistem kelas d. Perguruan Tinggi
a. Sistem langgar
Yang dimaksud pendidikan dengan sistem langgar adalah pendidikan yang dijalankan di langgar, surau, masjid, atau di rumah guru. Kurikulumnyapun bersifat elementer, yakni mempelajari abjad huruf arab. Dengan sistem ini dikelola oleh ‘alim, mudin, lebai. Mereka ini umumnya berfungsi sebagai guru agama atau sekaligus menjadi tukang baca do’a.[8] di masjid atau dilanggar mereka; guru dan murid-murid duduk bersila atau tanpa bangku.
b.      Sistem Pesantren
Umumnya kurikulum sistem pesantren adalah pada tingkat awal hanya untuk mengenal huruf abjad Arab. Kemudian pada tingkat selanjutnya diajarakan lagu-lagu qasidah; berzanji, tajuwid, mengaji kitab Farukunan.
Pengajaran dengan sistem Pesantren ini dilakukan dengan dua cara:.
1.      Dengan cara sorogan, yakni seorang murid berhadapan secara langsung dengan guru,dan bersifat perorangan.
2.      Dengan cara halaqah, yakni guru dikelilingi oleh murid-murid
Adapun system pendidikan dengan pesantren atau dapat diidentikan dengan huttab, dimana seorang kiyai mengajari santri dengan sarana masjid sebagai tempat pengajaran/pendidikan, dan didukung oleh pondok sebagai tempat tinggal santri.
Hanya saja sorogan di pesantren biasanya dengan cara si santri yang membaca kitab, sementara kiyai mendengar, sekaligus mengoreksi kalau ada kesalahan.
c.       Sistem kelas.
Setelah sistem kerajaan kemudian mulai akhir abad ke 19, perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, mulai lahir sekolah model Belanda; sekolah Eropa, sekolah Vernahuler. Sekolah Eropa khusus bagi ningrat Belanda. Di samping itu ada sekolah pribumi yang mempunyai sistem yang sama dengan sekolah-sekolah Belanda tersebut, seperti sekolah taman siswa(adalah nama sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta (Taman berarti tempat bermain atau tempat belajar, dan Siswa berarti murid).Pada waktu pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa ini diberi nama "National Onderwijs Institut Taman Siswa", yang merupakan realisasi gagasan beliau bersama-sama dengan teman di paguyuban Sloso Kliwon. Sekolah Taman Siswa ini sekarang berpusat di balai Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, dan mempunyai 129 sekolah cabang di berbagai kota di seluruh Indonesia
Kemudian dasawarsa kedua abad ke 20 muncul madrsah dan sekolah-sekolah model Belanda oleh organisasi Islam seperti Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Jama’at al-Khair, dan lain-lain.
Kemudian pada tahun 1916, Nahdatul Ulama membuka madrasah salafiyah di Tebuireng, yang dalam kurikulumnya memasukkan pelajaran baca tulis huruf latin. Pada tahun 1923 ada empat sekolah Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta, dan di Jakarta berdiri sekolah HIS (Hollands Inlands School).
d.      Perguruan tinggi
Kemudian pada level perguruan tinggi dapat digambarkan, bahwa berdirinya perguruan tinggi Islam tidak dapat dilepaskan dari adanya keinginan umat Islam Indonesia untuk memiliki lembaga pendidikan tinggi Islam sejak colonial. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, pada bulan April 1945 ulama cendekianwan. Dalam pertemuan itu dibentuklah panitia Perencana Sekolah Tinggi Islam yang diketauai oleh Drs. Moh. Hatta dengan anggota-anggota antara lain: K.H. Mas Mansur, K.H.A. Muzakkir, K.H R.F Kafrawi dan lain-lain. Setelah persiapan cukup, pada tanggal 8 Juli 1945 atau tanggal 27 Rajab 1364 H, bertepatan dengan hari Isra’ dan Mi’raj diadakan upacara pembukaan resmi Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta.
Setelah proklamasi dan ibu kota Republik Indonesia pindah ke Yogyakarta, STI juga hijrah ke kota tersebut dan berubah namanya menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) dengan empat fakultas, yaitu: Agama, Hukum, Ekonomi, dan Pendidikan. Fakultas Agama UII ini kemudian dinegerikan dan menjelma menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1950 dan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Bersama Mentri Agama dan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No. K/I/14641 Tahun 1951 (Agama) dan No. 28665/Kab. Tahun 1951 (Pendidikan) tanggal 1-9-1951.
PTAIN membuka tiga jurusan, yaitu Jurusan Qadla, Tarbiyah dan Dakwah. Setelah PTAIN berjalan kira-kira sembilan tahun-waktu itu Ketua Fakultasnya adalah Prof. Muhtar Yahya dirasakan tidak mungkin mempertahankan hanya satu fakultas. Dengan alasan, karena demikian luasnya ilmu pengetahuan keagamaan Islam,. Maka pada tahun 1960 PTAIN dilebur dan digabungkan dengan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADAI) milik Departemen Agama yang didirikan di Jakarta dengan Penetapan Menteri Agama No. 1 Tahun 1957. Pengabungan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dengan Peraturan Presiden RI Nomor 11 tahun 1960 dan Penetapan Menteri Agama No. 43 tahun 1960 tetang peyelengaraan IAIN. Maka IAIN al-Jami’ah al-Islamiyah al-Hukumiyah diresmikan berdirinya oleh Menteri Agama RI pada tanggal 2 Rabi’ul Awwal 1380 H bertepatan dengan tanggal 28 Agustus 1960 berdasarkan PP. No. 11 tahun 1960 tanggal 9 Mei 1960. IAIN di Yogyakarta dan ADIA di Jakarta.
Melihat perkembangan IAIN yang pesat yang ditandainya dengan banyaknya berdiri fakultas-fakultas cabang di daerah-daerah menunjukkan minat masuk IAIN. Kondisi ini melatarbelakangi lahirnya PP No. 27 Tahun 1963, yang memungkinkan didirikanya IAIN yang terpisah dari pusat. Dari sisi waktu berdirinya IAIN dapat digambarkan berikut:
1.      IAIN Ar-Raniry Banda Aceh tanggal 5 Oktober 1963.
2.      IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tanggal 5 Desember 1963.
3.      IAIN Raden Fatah Palembang tanggal 22 Oktober 1964.
4.      IAIN Antasari Kalimantan Selatan tanggal 22 Nopember 1964.
5.      IAIN Sunan Ampel Surabaya tanggal 6 Juli 1965.
6.      IAIN Alauddin Ujung Pandang tanggal 28 Oktober 1965.
7.      IAIN Imam Bonjol Padang tanggal 21 Nopember 1966.
8.      IAIN Sultasn Taha Saefuddin Jambi tahun 1967.
Dengan adanya perguruan tinggi tersebut itu membuktikan bahwa studi islam di indonesia cukup baik dalam mengawal zaman yang semakin modern. Kesimpulannya baik dari segi ulama, pemerintah dan masyarakat yang ada di indonesia sebenarnya saling mendukung sehingga terciptalah studi studi islam yang dapat memfasilitasi umat islam dalam bersaing di dunia pengetahuan dengan umat umat yang lain.



BAB III KESIMPULAN

Di dunia timur studi islam sudah sangat baik, hal ini dapat di buktikan  Adanya beberapa kota yang menjadi pusat kajian islam di zamannya, yaitu Nisyapur, Baghdad, Kairo, Damaskus dan Jerussalem. Ada empat perguruan tinggi tertua di dunia muslim, yaitu (1) Nizhamiyah di Baghdad (2) Al-Azhar di Kairo Mesir (3) Cordova (bagian barat) dan (4) Kairwan Amir Nizam Al-Muluk di Maroko.
Selanjutnya dalam dunia barat dapat kita lihat banyaknya bermunculan para pemikir pemikir tentang studi baik itu masalah agama maupun ilmu umum. Hal inilah yang menjadikan studi islam lebih berkembang pesat di barat. Salah satu contoh yang kami ambil adalah pemikiran Ibnu Rusyd yang melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan kebebasan berfikir.
Indonesia adalah negara yang terbanyak umat islam juga tidak kalah dalam dunia studi islam hal ini dapat kita ketahui dari perkembangan pola pembelajaran dari awal islam masukdi ndonesia hingga saat ini. Perkembangan studi Islam di Indonesia dapat digambarkan demikian. Bahwa lembaga/ sistem pendidikan Islam di Indonesia memiliki tahapan-tahapan seperti: Sistem langgar, Sistem pesantren, Sistem kelas, Perguruan Tinggi.










DAFTAR PUSTAKA
Darmawan , Andi dkk. 2005. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga.

Hasbullah. 1995. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintas Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan.Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Joesoef sou’yb. 1985. Orientalisme dan Islam .Jakarta : bulan bintang.
Murodi. 2003.Sejarah Kebudayaan Islam; Madrasah Aliyah Kelas Tiga.Jakarta: Karya Toha Putra.

Nanji,Azim. 2003. Peta Studi Islam; Orientalisme dan Arah Baru Kajian Islam di Barat. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru


[1] Joesoef sou’yb, Orientalisme dan Islam (Jakarta : bulan bintang, 1985), hlm. 37-38.
[2] Andi darmawan, M.Ag dkk, Pengantar Studi Islam, (Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2005), hlm. 37
[3] Joesoef sou’yb, Op.Cit. , hlm. 38-39
[4] Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam; Madrasah Aliyah Kelas Tiga, (Jakarta: Karya Toha Putra Semarang, 2003). hlm. 65

[5] Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam; Madrasah Aliyah Kelas Tiga, (Jakarta: Karya Toha Putra Semarang, 2003). hlm. 149
[6] Ibid., hlm. 150
[7] Azim Nanji, Peta Studi Islam; Orientalisme dan Arah Baru Kajian Islam di Barat, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2003). hlm. 3-5

[8] Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintas Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 1995), hlm. 21-22