Selasa, 15 April 2014

PENGERTIAN KURIKULUM DAN DIMENSI, LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM



PENGERTIAN KURIKULUM DAN DIMENSI,  LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM





Disusun Oleh:

Dian Ratnasari                            (12210061)
Gusti Hermayanti                     (12210099)
Ummi munfaridatul . L             (12210262)
                                                                                   

Dosen Pembimbing:

 Abdurrahmansyah, M. Ag

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2014
 


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu bagian penting terjadinya suatu proses pendidikan. Karena suatu pendidikan tanpa adanya kurikulum akan kelihatan dan tidak teratur. Hal ini akan menimbulkan perubahan dalam perkembangan kurikulum, khususnya di Indonesia.
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dan sekaligus digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada berbagai jenis dan tingkat sekolah. Kurikulum menjadi dasar dan cermin falsafah pandangan hidup suatu bangsa, akan diarahkan kemana dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini di masa depan, semua itu ditentukan dan digambarkan dalam suatu kurikulum pendidikan. Kurikulum haruslah dinamis dan terus berkembang untuk menyesuaikan berbagai perkembangan yang terjadi pada masyarakat dunia dan haruslah menetapkan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.
Oleh karenanya kurikulum pendidikan harus ada. Pendidikan sebagai sebuah proses tentunya memiliki tujuan, seperti dalam UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 bahwa tujuan pendidikan di Indonesia adalah “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, beraklah mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Untuk dapat mewujudkan tersebut perlu disusun kurikulum sebagai pedoman untuk mencapai tujuan baik di tingkat pra sekolah, SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi.

B.     Rumusan Masalah
a.  Pengertian kurikulum ?
b.  Pengembangan kurikulum PAI ?
c.  Landasan, tujuan, fungsi kurikulum ?
d.  Proses pengembangan kurikulum ?


C.  Tujuan
a.   Kita bisa mengetahui apa itu pengertian dan pengembangan kurikulum ?
b.   Kita bisa mengetahui landasan, tujuan, fungsi kurikulum ?
c.   Kita bisa mengetahui jenis proses pengembangan kurikulum ?



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Kurikulum
Kata “kurikulum” berasal dari bahasa yunani yang semula digunakan dalam bidang olahraga. Yaitu currere yang berarti jarak tempuh lari, yakni jarak yang harus ditempuh dalam kegiatan berlari mulai dari start hingga finish. Pengertian ini kemudian diterapkan dalam bidang pendidikan. Dalam bahasa Arab, istilah “kurikulum” diartikan dengan Manhaj, yakni jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya. Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik atau guru dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai.[1]
Pada mulanya istilah kurikulum dijumpai dalam dunia statistik pada zaman Yunani kuno, yang berasal dari kata curir  yang artinya pelari, dan  curere yang artinya tempat berpacu atau tempat berlomba. Jadi kurikulum disini berarti suatu jarak untuk perlombaan yang harus ditempuh oleh para pelari. Perkembangan selanjutnya kurikulum dipakai dalam dunia pendidikan dan pengajaran.
Pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli rupanya sangat bervariasi, tetapi dari beberapa definisi itu dapat ditarik benang merah, bahwa di satu pihak ada yang menekankan pada isi pelajaran atau mata kuliah, dan di lain pihak lebih menekankan pada proses atau pengalaman belajar.
Pengertian lama tentang kurikulum lebih menekankan pada isi pelajaran atau mata kuliah, dalam arti sejumlah mata pelajaran atau mata kulih di sekolah atau perguruan tinggi, yang harus ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat, juga keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan (Nasution, 1982). Demikian definisi yang tercantum dalam UU Sisdiknas Nomor 2/1989. Definisi kurikulum yang tercantum dalam UU Sikdinas Nomor 20/2003 dikembangkan ke arah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, ada tiga komponen yang bermuat dalam kurikulum, yaitu tujuan, isi dan bahan pelajaran, serta cara pembelajaran, baik yang berupa strategi pembelajaran maupun evaluasinya.[2]
Definisi yang dikemukakan oleh Kamil dan Sarhan menekankan pada sejumlah pengalaman pendidikan, budaya, sosial, olahraga, dan seni yang disediakan oleh sekolah bagi para peserta didiknya di dalam luar sekolah, dengan maksud mendorong mereka untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Definisi yang senada yang dikemukakan oleh Saylor dan Alexander, bahwa kurikulum adalah segala usaha sekolah atau perguruan tinggi yang bisa menghasilkan atau menimbulkan hasil-hasil belajar yang dikehendaki, apakah di dalam situasi-situasi sekolah ataupun di luar sekolah atau perguruan tinggi. Demikian Olivia yang mendefinisikan kurikulum sebagai rencana atau program yang menyangkut semua pengalaman yang dihayati peserta didik di bawah pengarahan sekolah atau perguruan tinggi.[3] Menurut R. Ibrahim (2005), kurikulum dikelompokkan dalam 3 dimensi, yaitu: kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebagai bidang studi. Selain itu, Nana Syaodih Sukmadinata (2005), mengemukakan pengertian kurikulum ditinjau dari 3 dimensi, yaitu kurikulu sebagai ilmu, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebaga rencana. Sementara Said Hamid Hasan (1988), berpendapat bahwa pada saat sekarang istilah kurikulum memiliki 4 dimensi pengertian, dimana satu dimensi dengan dimensi lainnya saling  berhubungan. Keempat dimensi kurikulum tersebut yaitu:
1.      Kurikulum sebagai suatu ide atau gagasan
2.      Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide.
3.      Kurikulum sebagai suatu kegiatan atau relita atau Implementasi kurikulum.
4.      Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konskekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan.
Selanjutnya, bila merujuk pada dimensi pengertian yang terakhir, maka dengan mudah dapat mengungkapkan keempat dimens kurikulum tersebut dikaitkan dengan pengertian kurikulum.
a.        Pengertian kurikulum dihubungkan dengan dimensi ide.
Pengertian kurikulum sebagai diensi yang berkaitan dengan ide pada dasarnya mengandung makna bahwa kurikulum itu adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman dalam pengembangan kurikulum selanjutnya.
b.       Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi rencana.
Makna dari dimensi kurikulum ini adalah sebagai seperangkat rencana dan cara mengadministrasikan tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan untuk pedoman penyelenggarakan kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan tertentu.
c.        Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi aktivitas.
Pengertian kurikulum sebagai dimensi aktivitas memandang kurikulum merupakan segala aktivitas dari guru dan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.
d.       Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi hasil.
Definisi kurikulum sebagai dimensi hasil memandang kurikulum itu sangat memperhatikan hasil yang akan dicapai oleh siswa agar sesuai dengan yang telah direncanakan dan yang telah menjadi tujuan dari kurikulum tersebut[4].
Masing-masing definisi dengan penekanannya tersebut akan mempunyai implikasi tertentu dalam pengembangan kurikulum. Kurikulum yang menekankan pada isi bertolak dari asumsi bahwa masyarakat bersifat statis, sedangkan pendidikan berfungsi memelihara dan mewariskan pengetahuan, konsep-konsep dan lain-lain ang telah ada, baik nilai-nilai yang telah ada, baik nilai Ilahi maupun nilai insan. Karena itu, kurikulum biasanaya ditentukan oleh sekelompok orang ahli, disusun secara sistematis dan logis sesuai dengan disiplin-disiplin ilmu atau sistematisasi ilmu yang dianggap telah mapan, tanpa melibatkan guru atau dosen apalagi peserta didik atau mahasiswa.
Pengertian kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek pendidikan. Dalam pandangan lama kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh siswa. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu.[5]
Ahmad Tafsir mengemukakan kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari oleh siswa. Lebih luas lagi, kurikulum bukan hanya sekedar rencana pelajaran, tetapi semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah.[6]
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.[7]
Kurikulum adalah salah satu alat untuk mencapai pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Sekalipun para ahli mempunyai pandangan yang berbeda-beda tentang kurikulum. Ada yang mempunyai pandangan yang sempit mengartikan kurikulum sebagai keseluruhan pengalaman belajar yang disediakan dan menjadi tanggung jawab sekolah. Meskipun pandangannya berbeda-beda tetapi mengandung hal yang sama , bahwa kurikulum merupakan rancangan dan pelaksanaan pendidikan atau pengajaran.[8]
Menurut Haryonto (2011:218) kurikulum merupakan segala kegiatan yang dirancang oleh lembaga pendidikan dan yang disajikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut pengertian ini, segala pengalaman yang dialami peserta didik adalah kurikulum. Sebab, kurikulum tidak terbatas hanya pada pengalaman, ruang, dan tempat tertentu,tetapi pada setiap pelajaran yang berlangsung.[9]
Dalam batasan mikro, kurikulum hanya dipahami sebagai mata pelajaran yang diselenggarakan dikelas (sekolah) memiliki konsekuensi pemahaman, yang mana diluar itu tidak termasuk kurikulum sehingga cenderung mengabaikan pengalaman-pengalaman edukatif diluar kelas.  Padahal jika merujuk pada pengertian kurikulum sebagai tatanan ideal dan seprangkat cita-cita agar si terdidik dapat bertindak sikap dan prilaku educated, maka kurikulum dalam arti set of subject mattter, hanyalah merupakan salah satu bagian kecil dari kurikulum.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah semua kegiatan yang dirancang bagi terdidik untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengertian ini jauh lebih luas karena mencakup seluruh kegiatan  intern dan ekstren siswa, baik yang berhubungan langsung dengan mata pelajaran maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan.  Dalam menyusun program kurikulum berarti harus sudah mengindetifikasikan kegiatan-kegiatan apa saja yang diperlu dimuat dalam frame pendidikan siswa termasuk interaksi antara anak didik dan pendidik, sesama anak didik, dan antar sekolah dengan masyarakat sekitarnya.[10]

Menurut Hawi (2010:42-43), pada hakikatnya kurikulum dikaji berdasarkan tingkatan-tingkatan pendidikan:
5.      Kurikulum dapat diartikan sebgai serangkaian tujuan pendidikan yang menggabungkan berbagai kemampuan, nilai dan sikap yang harus dikuasai dan dimiliki oleh peserta didik dari suatu satuan jenjang pendidikan
6.      Kurikulum diartikan sebagai kerangka materi yang memberikan gambaran tentang bidang-bidang pelajaran yang perlu dipelajari oleh para siswa untuk menguasai serangkaian kemampuan, niali dan sikap yang secara institusional harus dikuasai para siswa setelah selesai mempelajarinya.
7.      Kurikulum sebagai garis besar materi dari suatu bidang pelajaran yang telah dipilih untuk dijadikan objek bidang.
8.      Kurikulum adalah panduan dan buku pelajaran yang disusun untuk menunjang kegiatan proses pembelajaran.
9.      Kurikulum diartikan sebagai bentuk-bentuk dan jenis kegiatan pembelajaran yang dialami oleh para siswa.[11]
10.  Berdasarkan hasil kajian, diperoleh beberapa dimensi pengertian kurikulum.

B.       Pengembangan Kurikulum PAI
            Dari beberapa definisi tentang kurikulum tersebut,maka dapat dipahami bahwa pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat diartikan sebagai:
1.      Kegiatan menghasilkan kurikulum PAI.
2.      Proses yang mengaitkan suatu komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum PAI yang lebih baik.
3.      Kegiatan penyusunan (desain), pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan kurikulum PAI.
Dalam realitas sejarahnya, pengembangan kurikulum PAI tersebut ternyata mengalami perubahan-perubahan paradigma, walaupun dalam beberapa hal tertentu pradigma sebelumnya masih tetap dipertahankan hingga sekarang. Hal ini dapat dicermati dari fenomena berikut:
1.      Perubahan dari tekanan pada hafalan dan daya ingatan tentang teks-teks dari ajaran-ajaran agama islam, serta disiplin mental spiritual sebagaimana pengaruh dari Timur Tengah, kepada pemaham tujuan, makna dan motivasi beragama islam untuk mencapai tujuan pembelajaran PAI.
2.      Perubahan dari cara berpikir tekstual, normatif, absolutis, kepada cara berpikir historis, empiris, dan konstektual dalam memahami dan menjelaskan ajaran-ajaran dan nilai-nilai agama Islam.
3.      Perubahan dari tekanan pada produk atau hasil pemikiran keagamaan Islam dari para pendahulunya kepada proses atau metodologinya sehingga menghasilkan produk tersebut.
4.      Perubahan dari pola pengembangan kurikulum PAI yang hanya mengandalkan pada para pakar dalam memilih dan menyusun isi kurikulum PAI  ke arah keterlibatan yang luas dari para pakar, guru, peserta didik, masyarakat untuk mengidentifikasi tujuan PAI dan cara-cara mencapainya.

C.      Landasan Kurikulum
            Menformulasikan konsep kurikulum idealnya harus memperhatikan beberapa aspek yang menjadi asas dan landasan perancangan sebuah kurikulum. Sebuah kurikulum pendidikan pada umumnya disusun dan dikembangkan berdasarkan berbagai landasan, seperti landasan filosofis, landasan sosiologis, landasan psikologis, dan landasan organisatoris.
1.      Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan lingkungan alam disekitarnya.kurikulum dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik bagi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan hal tersebut, kurikulum dikembangkan menggunakan filosofis sebagai berikut.
a.       Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang.
b.      Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan filosofis ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kkehidupan dimasa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik.
c.       Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecermelangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofis ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu.
d.      Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik.[12]
2.      Landasan Sosiologis
Pada tataran sosiologis, sebuah kurikulum idealnya memperhatikan tuntunan dan kebutuhan masyarakat. Artinya, dalam penyusunan sebuah kurikulum faktor yang menjadikan pertimbangan tidak hanya bersifat child oriented semata, tetapi juga perlu mempertimbangkan aspek society. Perancangan kurikulum pendidikan dengan memperhatikan aspek-aspek sosiologis akan berimplikasi pada dinamisme penampilan sebuah kurikulum, karena secara sosiologis masyarakat selalu menunjukan gejala perubahan yang dinamis dan terus berproses. Dalam konteks sosiologis seperi diatas maka bukan hal yang aneh jika substansi kurikulum senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat, sehingga sebuah lembaga pendidikan dapat memberikan pendidikan yang fungsional dan siswa secara sosial dipersiapkan untuk  menghadapi serangkaian problematika  yang muncul dilingkungan masyarakat tempat ia melakukan social intercourse.
            Para guru dan pihak sekolah didaerah-daerah tidak memiliki semacam kewenangan untuk  menawarkan bahan ajar atau wacana mengenai pelajaran yang sesuai dengan kultur sosial mereka. Disinilah pentingnya landasan sosiologis dalam pengembangan kurikulum agar materi, metodologi dan sarana pembelajaran sedapat mungkin dikembangkan dengan memperhatikan kondisi sosial masyarakat tertentu.
3.      Landasan Psikologis
Kontribusi psikologi terhadap studi kuriikulum setidaknya memiliki dua sumbangan. Pertama, model konsepttual dan informasi akan membantu perencanaan pendidikan. Kedua, berisi metodologi-metodologi yang dapat diadaptasikan untuk penelitian pendidikan (Abdullah, 1999:64). Secara psikologis sebuah kurikulum yang penting memperhatikan teori-teori psikologi yang berkembang dalam mencapai mental dicipline, yakni melatih daya mental terutama daya pikir.
4.      Landasan Organisatoris
Dalam dunia pendidikan pada umumnya dikenal adanya pola organisasi kurikulum yang sangat menentukan keberhasilan sebuah tujuan pendidikan. Organisai kurikulum dalam hal ini memiliki peran yang sangat strategis dalam menentukan pegalaman dari kegiatan pendidikan yang akan di internalisasikan kepada siswa.
Ada tiga jenis organisasi kurikulum Pertama, subject curiculum, yakni sejumlah mata pelajaran yang disajikan terpisah dan berdiri sendiri secara logis, sisematis, sederhana dan luwes, karena mudah diubah. Kedua, corelated curiculum, yakni bentuuk kurikulum yang sengaja disesuaikan sedemikian rupa sehingga berkorelasi antar beberapa mata pelajaran. Ketiga, integrated curiculum, yaitu terwujudnya integrasi dan perpaduan yang penuh dan semua mata pelajaran dengan meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dengan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit.
S. Nasution menyatakan ada dua hal yang penting diorganisasikan dalam konteks perancangan kurikulum. Pertama, pengorganisasian tentang pengetahuan apa yang paling berharga untuk diberikan bagi anak didik dalam suatu disiplin studi. Kedua, bagaimana mengorganisasikan bahan itu agar  anak didik dapat menguasainya dengan  sebaik-baiknya.[13]

D.      Tujuan Kurikulum
            Kurikulum dirancang dan dikembangkan secara terus menerus bertujuan tidak lain adalah untuk membuat proses pendidikan berjalan dan berhasil secara efektif. Sebab sesuai dengan definisi kurikulum ia akan menjadi panduan dalam pelaksanaan sebuah program pendidikan. Tanpa kurikulum dipastikan proses pendidikan akan berjalan tanpa kontrol dan tidak terkendali dari sisi perencanaan, proses dan hasil pendidikan.
            Tujuan kurikulum yang berkaitan erat dengan tujuan pendidikan yang secara konseptual dianut oleh masing-masing konsep pendidikan. Tujuan kuurikulum dalam sistem pendidikan barat (sekuler) akan sangat berbeda dengan tujuan kkurikulum dalam sistem pendidikan Islam  tujuan kurikulum dalam sistem pendidikan barat akan selalu diarahkan sebagai instrument vital unuuk mendukung tujuan kurikulum sesuai dengan nilai-nilai yang dipegang di negara barat, sedangkan tujuan kuuriikulum pendidikan Islam secara tujuan akan sangat dekat dengan nuansa religius dan semangat spiritual dalam setiap tampilan materi yang ditawarkan.

E.       Fungsi Kurikulum
            Menurut Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto (1986:16-21), kurikulum dapat dijelaskan kedalam beberapa kepentingan dan fungsi.
a.       Fungsi kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan
            Bila bertolak dari definisi kerja kurikulum, dapat dipahami bahwa kurikulum sekolah pada dasarnya adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Salah satu tindakan yang mungkin diambil adalah meninjau kembali tujuan yang selama ini digunaakan oleh suatu sekolah.
b.      Fungsi kurikulum bagi perkembangan siswa
            Sebagai organisasi belajar yang tersusun dengan cermmat, kuurikulum selalu disiapkan dan dirancang bagi siswa sebagai salah satu aspek yang akan dikonsumsi siswa dari berbagai materi yang diajarkan kepada mereka, diharapkan siswa akan mendapatkan pengalaman baru dalam proses dan hasil belajarnya. Pengalaman belajar ini lah yang selanjutnya akan dapat dipergunakan bagi pengembangan potensi mereka dikemudian hari.
c.       Fungsi kurikulum bagi para pendidik
Bagi guru atau pendidik, kurikulum memegang peran penting yang berfungsi sebagai:
a)      Pedoman kerja dalam mmenyusun dan mengorganisir pengalaman belajar siswa.
b)      Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap tingkata perkembangan siswa dalam kerangka menyerap sejumlah pengetahuan sebagai pengalaman bagi mereka.
c)      Pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan dan pembelajaran.
d.      Fungsi kurikulum bagi pimpinan dan pembina sekolah
Fungsi kurikulum bagi pimpinan dan pembina sekolah adalah :
a)      Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi, yakni memperbaiki situasi belajar agar lebih kondusif.
b)      Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi, dalam menciptakan situasi belajar yang menunjang situasi belajar siswa kearah yang lebih baik. 
c)      Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam memberikan bantuan kepada para guru dalam menjalankan tugas kependidikan mereka.
d)     Sebagi aseorang administrator maka kurikulum dapat dijadikan pedomman dalam mengembangkan kurikulum pada tahap selanjutnya.
e)      Sebagai acuan bagi pelaksanaan evaluasi agar proses belajar-mengajar dapat lebih baik.
e.       Fungsi kurikulum bagi orang tua siswa
Kurikulum memiliki fungsi yang amat besar  bagi oarang tua siswa, yakni agar mereka dapat berperan serta dalam membantu sekolah melakukan pembinaan terhadap putra-putri mereka dengan mengacu pada kurikulum sekolah dimana anak-anak mereka dibina, maka oarang tua dapat memantau perkembangan informasi yang diserap anak-anak mereka.
f.       Fungsi kurikulum bagi sekolah pada tingkat atas
Kurikulum pada tingkat sekolah yang lebih rendah akan sangat berkaitan dengan upaya perancangan kurikulum pada tingkat pendidikan selanjutnya. Ada dua fungsi yang dapat dikemukakan sebagai keterkaitan antara kurikulum tingkat atas dan tingkat dibawahnya.
a)      Sebagai pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan. Dengan mengetahui kurikulum yang digunakan oleh suatu sekolah tertentu, sekolah pada tingkat yang lebih tingggi dapat mengadakan penyesuaian dalam perancangan kurikulumnya bila sebagian kurikulum sekolah tersebut telah diajarkan pada sekolah yang berada dibawahnya, maka sekolah dapat meninjau kembali perlu atau tidaknya bagian dari kurikulum  tersebbut untuk dilanjutkan.
b)      Penyiapan tenaga guru. Apabila suatu sekolah berfungsi menyiapkan tenaga guru untuk mengajar pada tingkat sekolah dibawahnya, maka amat perlu sekolah mengetahui kurikulum yang diajarkan disekolah tingkat dibawahnya.
g.      Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan stakeholders
Masyarakat dapat mengacu pada kurikulum yang ditetapkan lembaga pendidikan, untuk memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan kerja sama dengan pihak masyarakat. Masyarakata dapat memberikan kritik dan saran yang konstrutif dalam penyempurnaan program pendidikan disekolah agar llebih serasi dengan kebutuhan masyarakat dan kerja.[14]


F.     Proses Pengembangan Kurikulum
            Sejalan dengan pengertian pengembangan kurikulum PAI sebagaimana tersebut diatas , maka proses pengembangannya digambarkan oleh Hasan (2002) dalam chart sebagai berikut :









 











            PERENCANAAN                                IMPLEMENTASI                               EVALUASI

Chart  tersebut menggambarkan bahwa seseorang dalam mengembangkan kurikulum PAI dimulai dari kegiatan perencanaan kurikulum. Dalam menyusun perencanaan ini didahului oelh ide-ide yang akan dituangkan dan dikembangkan dalam program. Ide kurikulum bisa berasal dari :
1.      Visi yang dicanangkan
Visi (vision) adalah the statement of ideas or hopes,  yakni pernyataan tentang cita-cita atau harapan-harapan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pendidikan dalam jangka panjang.
2.      Kebutuhan stakeholders (siswa, masyarakat, pengguna lulusan), dan kebutuhan untuk studi lanjut.
3.      Hasil evalusi kurikulum sebelumnya dan tuntutan perkembangan iptek dan zaman.
4.      Pandangan-pandangan para pakar dengan berbagai latar belakangnya.
5.      Kecenderungan era globalisasi, yang menuntut seseorang untuk memiliki etos belajar sepanjang hayat, melek sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi.[15]

Kelima ide tersebut kemudian diramu sedemikian rupa untuk dikembangkan dalam program atau kurikulum sebagai dokumen, yang antara lain berisi: informasi dan jenis dokumen yang akan dihasilkan; bentuk/format silabus; dan komponen-komponen kurikulum yang harus dikembangkan. Apa yang tertuang dalam dokumen tersebut kemudian dikembangkan dan disosialisasikan dalam proses pelaksanaanya, yang dapat berupa pengembang kurikulum dalm bentuk satuan acara pembelajaran atau SAP, proses pembelajaran dikelas atau diluar kelas, serta evaluasi pembelajran, sehingga diketahui tingkat efesiensi dan efektivitasnya. Dari evaluasi ini akan diperoleh umpan balik (feed back) untuk digunakan dalam penyempurnaan kurikulum berikutnya. Dengan demikian, proses pengembangan kurikulum menuntut adanya evaluasi secara berkelanjutan mulai dari perencanaan, implementasi hingga evaluasinya itu sendiri.
Karena itu, pengembangan kurikulum PAI perlu dilakukan secara terus menerus guna merespon dan mengantisipasi perkembangan dan tuntuta yang ada tanpa harus menunggu pergantian Menteri Pendidikan Nasional atau Menteri Agama. Apalagi saat ini masyarakat sudah memasuki era globalisasi, baik di bidang iptek maupun sosial, politik, budaya dan etika. Hal ini akan berimplikasi pada banyaknya masalah pendidikan yang harus segera diatasi, tanpa harus menunggu-nunggu keputusan dari atas.



BAB III
KESIMPULAN
Kurikulum adalah sejumlah rencana isi yang merupakan sejumlah tahapan belajar yang di desain untuk siswa dengan petunjuk institusi pendidikan yang berupa proses yang statis ataupun dinamis dan kompetensi yang harus dimiliki. Kurikulum adalah seluruh pengalaman di bawah bimbingan dan arahan dari institusi pendidikan yang membawa ke dalam kondisi belajar. Kurikulum mempunyai komponen-komponen yang mempunyai tujuan utama atau tujuan dari kurikulum tersebut. Karena komponen-komponen tersebut saling berkaitan dan menunjang untuk mencapai tujuan dari kurikulum maka di sebutlah kurikulum sebagai suatu sistem.
            Kurikulum dirancang dan dikembangkan secara terus menerus bertujuan tidak lain adalah untuk membuat proses pendidikan berjalan dan berhasil secara efektif. Sebab sesuai dengan definisi kurikulum ia akan menjadi panduan dalam pelaksanaan sebuah program pendidikan. Tanpa kurikulum dipastikan proses pendidikan akan berjalan tanpa kontrol dan tidak terkendali dari sisi perencanaan, proses dan hasil pendidikan.
            Tujuan kurikulum yang berkaitan erat dengan tujuan pendidikan yang secara konseptual dianut oleh masing-masing konsep pendidikan. Tujuan kuurikulum dalam sistem pendidikan barat (sekuler) akan sangat berbeda dengan tujuan kkurikulum dalam sistem pendidikan Islam  tujuan kurikulum dalam sistem pendidikan barat akan selalu diarahkan sebagai instrument vital unuuk mendukung tujuan kurikulum sesuai dengan nilai-nilai yang dipegang di negara barat, sedangkan tujuan kuuriikulum pendidikan Islam secara tujuan akan sangat dekat dengan nuansa religius dan semangat spiritual dalam setiap tampilan materi yang ditawarkan.

  
DAFTAR PUSTAKA

Muhaimin. 2012. Pengembangan kurikulum pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Rusmaini. 2011. Ilmu Pendidikan. Palembang: CV. Grafika Telindo.
Ahmad Tafsir. 2002. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ramayulis. 2013. Profesi & Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia
Engkoswara dan Aan Komariah.2011. Administrasi Pendidikan. Bandung:Alfabeta.
Haryanto Al-Fandi. 2011. Desain Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis Jogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Abdurrahmansyah. 2009. Teori Pengembangan Kurikulum dan Aplikasi. Palembang: Grafindo Press.
Akmal Hawi. 2010. Kompetensi Guru PAI. Palembang: Rafah Press.
Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 & Peraturan Nasional RI Nomor 11 Tahun 2011. Bandung: Citra Umbara., 2012
Zainal Arifin. 2013. Konsep model pengembangan kurikulum, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.



[1] Muhaimin, Pengembangan kurikulum pendidikan Agama Islam,(Jakarta: Rajawali Pers, 2012),hlm. 1
[2] Ibid.,hlm. 2
[3] ibid., hlm. 3
[4] Zainal Arifin, Konsep model pengembangan kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm 8-12
[5] Rusmaini, Ilmu Pendidikan, (Palembang: CV. Grafika Telindo, 2011), hlm. 128
[6] Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.53
[7] Ramayulis, Profesi & Etika Keguruan, cet. Ke-7, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), hlm. 155
[8] Engkoswara dan Aan Komariah, cet. Ke-2, Administrasi Pendidikan, (Bandung:Alfabeta, 2011), hlm. 249
[9] Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis, cet. Ke-1, (Jogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2011) , hlm.218
[10] Abdurrahmansyah, Teori Pengembangan Kurikulum dan Aplikasi, cet. Ke-2, (Palembang: Grafindo Press, 2009), hlm. 39-40
[11] Akmal Hawi, Kompetensi Guru PAI, (Palembang: Rafah Press, 2010), hlm. 42-43
[12] Kunandar,  Penilaian Autentik, cet. Ke-2, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 31-33
[13] Ibid., Abdurrahmansyah, hlm.43-48
[14] Ibid., Abdurrahmansyah, hlm. 49-55
[15] Muhaimin, op.cit.,  hlm. 12

1 komentar:

  1. trekz titanium headphones | Titsanium Art
    Discover Titsanium Art, a collection of premium titanium razor art, prints, and graphic elements tungsten titanium inspired dental implants by the titanium trim hair cutter ancient civilizations and leatherman charge titanium their roots in

    BalasHapus