TAFSIR Q.S AZ ZUMAR AYAT 9
Disusun Oleh:
Dian Ratnasari (12210061)
Nurshobah .k (12210189)
Umi
munfaridatul .L (12210262)
Dosen
Pembimbing:
IDRUS ROFIQ, M.A
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
TAHUN 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam makalah ini bahwa surat az
zummar ayat 9. Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar menanyakan kepada
orang-orang kafir Mekah, apakah mereka lebih beruntung daripada orang yang
beribadah di waktu malam dengan sujud dan berdiri dengan sangat khusyuk. Dalam
melaksanakan ibadah itu, timbullah dalam hatinya rasa takut kepada azab Allah
di akhirat, dan memancarlah harapannya akan rahmat Allah. Perintah yang sama
diberikan Allah kepada Rasul-Nya agar menanyakan kepada mereka apakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui. Yang dimaksud
dengan orang-orang yang mengetahui ialah orang-orang yang mengetahui pahala
akan diterimanya, karena amal perbuatannya yang baik, dan siksa yang akan
diterimanya apabila ia melakukan maksiat. Sedangkan orang-orang yang tidak
mengetahui ialah orang-orang yang sama sekali tidak mengetahui hal itu, karena
mereka tidak mempunyai harapan sedikitpun akan mendapat pahala dari perbuatan
baiknya, dan tidak menduga sama sekali akan mendapat hukuman dari amal
buruknya.
Di akhir ayat Allah menyatakan bahwa
hanya orang-orang yang berakal yang dapat mengambil pelajaran. Pelajaran
tesebut baik dari pengalaman hidupnya atau darti tanda-tanda kebesaran Allah
yang terdapat di langit dan di bumi serta isinya, juga yang terdapat pada
dirinya atau teladan dari kisah umat yang lalu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Surat az zummar ayat 9

Artinya: (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih
beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan
berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya? Katakanlah: "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran.
Mufradat
Q.S az zummar ayat 9
أَمَّنْ = apakah orang yang قُلْ = kata
kanlah
هُوَ = dia
هَل =
apakah
قَٰنِتٌ = taat/beribadat يَسْتَوِى = sama
ءَانَآء= di waktu ٱلَّذِينَ =
orang-orang yang
ٱلَّيْلِ = malam يَعْلَمُونَ
= mereka mengetahui
سَاجِدً = bersujud وَٱلَّذِينَ
= dan orang-orang yang
وَقَآئِمًا = dan berdiri لَا = tidak
يَحْذَرُ = ia takut يَعْلَمُونَ =mereka mengetahui
ٱلْءَاخِرَة = akhirat
إِنَّمَا
=sesungguhnya hanyalah
وَيَرْجُوا۟ = dan dia mengharapkan
يَتَذَكَّرُ
= mengambil pelajaran
رَحْمَةَ = rahmat أُو۟لُوا۟ =
orang-orang yangmempunyai
رَبِّهِۦ = Tuhan nya
ٱلْأَلْبَٰبِ
= akal/pikiran
B. Penjelasan Al-Qur’an surat Az Zummar Ayat 9
Makna ayat ini menjelaskan tentang
adanya dua macam kehidupan. Kehidupan pertama ialah yang gelisah langsung
berdoa menyeru Tuhan jika malapetaka datang menimpa dan lupa kepada Allah bila
bahaya telah terhindar. Dan kehidupan yang satunya lagi, yaitu kehidupan mu’min
yang selalu tidak lepas ingatannya dari Tuhan baik ketika berduka atau
ketika bersuka orang itu tetap tenang dan tidak kehilangan arah, tetap berdiri
tegak mengerjakan sembahyang bahkan qiyamul-lail
Nabi disuruh lagi oleh Tuhan menanyakan, pertanyaan untuk menguatkan hujjah
kebenaran; “katakanlah! Apakah sama orang-orang yang berpengetahuan dengan
orang-orang yang tidak berpengetahuan?” Pokok dari semua pengetahuan ialah
mengenal Allah. Tidak kenal Allah sama dengan bodoh. Karena kalaupun ada
pengetahuan tapi tidak mengenal Allah, padahal Allah yang bersifat Maha
Mengetahui, samalah ia dengan bodoh. Sebab dia tidak tahu akan kemana
diarahkannya ilmu pengetahuan yang telah didapatnya itu.
Sampai kelangit pun pengetahuan, cuma kecerdasan otak. Belumlah mencukupi kalau
tidak ada tuntunan jiwa. Iman adalah tuntunan jiwa yang akan jadi pelita bagi
pengetahuan. Albab kita artikan akal budi. Dia adalah kata banyak dari lubb,
yang berarti isi atau inti sari, teras. Dia adalah gabungan diantara kecerdasan
akal dan kehalusan budi, dia meninggikan derajat manusia.
Berarti saat diwaktu malam apakah dipermulaan, pertengahan, atau diakhir
malam, dan kesunyian malam membuat orang lebih khusyuk dalam beribadah dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Allah
memerintahkan Rasulullah SAW bertanya kepada kafir Quraisy apakah kamu, hai
orang musyrik, lebih baik keadaan dan nasibmu daripada yang senantiasa
menunaikan ketaatan dan selalu melaksanakan tugas-tugas ibadah pada saat-saat
malam, ketika ibadah lebih berat bagi jiwa dan lebih jauh dari riya, sehingga
ibadah di waktu itu lebih dekat untuk diterima, sedang orang itu dalam keadaan
takut dan berharap ketika beribadah. Kesimpulannya, apakah orang yang taat itu
seperti halnya orang yang bermaksiat. Kemudian,
Allah SWT menegaskan tentang tidak ada kesamaan diantara keduanya dan
memperingatkan tentang keutamaan ilmu
dan betapa mulianya beramal berdasarkan ilmu.
Yang diterangkan dalam kalimat selanjutnya, yang artinya: Katakan hai Rasul
kepada kaum mu : Apakah sama orang yang mengetahui pahala yang akan mereka
peroleh bila melakukan ketaatan kepada Tuhan mereka dan mengetahui hukuman yang
akan mereka terima bila mereka bermaksiat kepada-Nya, dengan orang-orang yang
tidak mengetahui hal itu. Yaitu, orang-orang yang merusak amal perbuatan mereka
secara membati buta, sedangkan terhadap amal-amal mereka yang baik tidak
mengharapkan kebaikan, dan terhadap amal-amal yang buruk mereka tidak takut pada
keburukan.
Perkataan tersebut dinyatakan dengan susunan pertanyaan (istifham) untuk
menunjukkan bahwa orang-orang yang mencapai derajat kebaikan tertinggi; sedang
yang lain jatuh ke dalam jurang keburukan. Dan hal itu tidaklah sulit
dimengerti oleh orang-orang yang sabar dan tidak suka membantah. Kemudian,
Allah SWT menerangkan bahwa hal tersebut hanyalah dapat dipahami oleh
orang-orang yang mempunyai akal. Karena
orang-orang yang tidak tahu seperti telah disebutkan bahwa hati mereka
tertutup sehingga tidak dapat memahami suatu nasehat dan tidak berguna bagi
mereka suatu peringatan.
Seperti Firman Allah yang artinya: Sesungguhnya yang dapat mengambil pelajaran dari
hujjah-hujjah Allah dan dapat menuruti nasehat-Nya dan dapat memikirkannya,
hanyalah orang-orang yang mempunyai akal dan pikiran yang sehat, bukan
orang-orang yang bodoh dan lalai. Pelajaran yang
dimaksud dapat berasal dari pengalaman hidupnya atau dari tanda-tanda kebesaran Allah yang terdapat di alam semesta beserta isinya,
atau yang terdapat dalam dirinya serta kisah-kisah umat yang lalu.
Orang yang berakal adalah orang yang dapat mengkombinasikan antara zikir
dan pikir, atau sebaliknya. Ketika ia berpikir, meneliti atau mengkaji alam
sekitar muncul lah zikirnya dan ketika ia berzikir muncul lah pikirnya. Maka
al-Qur’an menafikan kesamaan antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak
berilmu. Penafikan itu tidak hanya berarti keluasan wawasan dan kompetensi
serta keterampilan, tetapi yang lebih penting lagi adalah ketidaksamaan antara
orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu mengenai kesadaran diri
sebagai makhluk Tuhan dan kemestian menyembah-Nya. Ayat ini juga yidak
menyamakan antara orang musrik dengan orang-orang yang taat kepada Allah, orang
yang taat beribadah kepada Allah lebih beruntung daripada orang-orang musrik.
Selain tidak menyamakan antara orang musrik dengan yang taat beribadah
kepadanya. Ayat ini juga tidak menyamakan antara orang berilmu dengan orang
yang tidak berilmu. Ilmu semestinya dapat membangun pribadi yang menyadari akan
kekuasaan dan kemaha besaran Allah sehingga akhirnya ia menjadi ulul albab.
Ayat di atas juga menggambarkan efek atau dampak
dari kesolehan atau ketakwaan terhadap pribadi yang sholeh, takwa, dan ulul
albab tersebut, yaitu kebahagiaan di dunia dan balasan di akhirat yang tiada
terkira. Dalam surah yang lain ditegaskan pula, bahwa orang yang berilmu dan
beriman itu akan terangkat derajatnya. Dan Allah menjanjikan bagi orang yang
bertakwa, sebagai hasil bentukan pendidikan Islam itu, akan diberikan kepadanya
jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi serta rizki yang tidak diduga
sumbernya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://chulayda-bassama.blogspot.com/2012/02/tafsir-ilmu-pengetahuan-qs-al.html
M. Kadar, Yusuf. 2013. Tafsir
Tarbawi. Jakarta:Amzah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar