Rabu, 26 Maret 2014



TAFSIR Q.S AZ ZUMAR AYAT 9






Disusun Oleh:
Dian Ratnasari                (12210061)
Nurshobah .k                  (12210189)
Umi munfaridatul .L      (12210262)
                                                                                   

Dosen Pembimbing:

IDRUS ROFIQ, M.A

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN 2013/2014


BAB I
PENDAHULUAN

Di dalam makalah ini bahwa surat az zummar ayat 9. Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar menanyakan kepada orang-orang kafir Mekah, apakah mereka lebih beruntung daripada orang yang beribadah di waktu malam dengan sujud dan berdiri dengan sangat khusyuk. Dalam melaksanakan ibadah itu, timbullah dalam hatinya rasa takut kepada azab Allah di akhirat, dan memancarlah harapannya akan rahmat Allah. Perintah yang sama diberikan  Allah kepada Rasul-Nya agar menanyakan kepada mereka apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui. Yang dimaksud dengan orang-orang yang mengetahui ialah orang-orang yang mengetahui pahala akan diterimanya, karena amal perbuatannya yang baik, dan siksa yang akan diterimanya apabila ia melakukan maksiat. Sedangkan orang-orang yang tidak mengetahui ialah orang-orang yang sama sekali tidak mengetahui hal itu, karena mereka tidak mempunyai harapan sedikitpun akan mendapat pahala dari perbuatan baiknya, dan tidak menduga sama sekali akan mendapat hukuman dari amal buruknya.
Di akhir ayat Allah menyatakan bahwa hanya orang-orang yang berakal yang dapat mengambil pelajaran. Pelajaran tesebut baik dari pengalaman hidupnya atau darti tanda-tanda kebesaran Allah yang terdapat di langit dan di bumi serta isinya, juga yang terdapat pada dirinya atau teladan dari kisah umat yang lalu.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Surat az zummar ayat 9

39:9

Artinya:  (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.

Mufradat Q.S az zummar ayat 9

أَمَّنْ = apakah orang yang                                  قُلْ = kata kanlah
 هُوَ = dia                                                          هَل = apakah
قَٰنِتٌ = taat/beribadat                                         يَسْتَوِى = sama
 ءَانَآء= di waktu                                               ٱلَّذِينَ = orang-orang yang
ٱلَّيْلِ = malam                                                     يَعْلَمُونَ = mereka mengetahui
سَاجِدً = bersujud                                               وَٱلَّذِينَ = dan orang-orang yang
وَقَآئِمًا = dan berdiri                                            لَا = tidak
يَحْذَرُ = ia takut                                                  يَعْلَمُونَ =mereka mengetahui
ٱلْءَاخِرَة = akhirat                                              إِنَّمَا =sesungguhnya hanyalah
وَيَرْجُوا۟ = dan dia mengharapkan                       يَتَذَكَّرُ = mengambil pelajaran
رَحْمَةَ = rahmat                                                   أُو۟لُوا۟ = orang-orang yangmempunyai
رَبِّهِۦ = Tuhan nya                                                ٱلْأَلْبَٰبِ = akal/pikiran

B.    Penjelasan Al-Qur’an surat Az Zummar Ayat 9
Makna ayat ini menjelaskan tentang adanya dua macam kehidupan. Kehidupan pertama ialah yang gelisah langsung berdoa menyeru Tuhan jika malapetaka datang menimpa dan lupa kepada Allah bila bahaya telah terhindar. Dan kehidupan yang satunya lagi, yaitu kehidupan mu’min yang selalu tidak lepas ingatannya dari Tuhan  baik ketika berduka atau ketika bersuka orang itu tetap tenang dan tidak kehilangan arah, tetap berdiri tegak mengerjakan sembahyang bahkan qiyamul-lail
            Nabi disuruh lagi oleh Tuhan menanyakan, pertanyaan untuk menguatkan hujjah kebenaran; “katakanlah! Apakah sama orang-orang yang berpengetahuan dengan orang-orang yang tidak berpengetahuan?” Pokok dari semua pengetahuan ialah mengenal Allah. Tidak kenal Allah sama dengan bodoh. Karena kalaupun ada pengetahuan tapi tidak mengenal Allah, padahal Allah yang bersifat Maha Mengetahui, samalah ia dengan bodoh. Sebab dia tidak tahu akan kemana diarahkannya ilmu pengetahuan yang telah didapatnya itu.
            Sampai kelangit pun pengetahuan, cuma kecerdasan otak. Belumlah mencukupi kalau tidak ada tuntunan jiwa. Iman adalah tuntunan jiwa yang akan jadi pelita bagi pengetahuan. Albab kita artikan akal budi. Dia adalah kata banyak dari lubb, yang berarti isi atau inti sari, teras. Dia adalah gabungan diantara kecerdasan akal dan kehalusan budi, dia meninggikan derajat manusia.
Berarti saat diwaktu malam apakah dipermulaan, pertengahan, atau diakhir malam, dan kesunyian malam membuat orang lebih khusyuk dalam beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Allah memerintahkan Rasulullah SAW bertanya kepada kafir Quraisy apakah kamu, hai orang musyrik, lebih baik keadaan dan nasibmu daripada yang senantiasa menunaikan ketaatan dan selalu melaksanakan tugas-tugas ibadah pada saat-saat malam, ketika ibadah lebih berat bagi jiwa dan lebih jauh dari riya, sehingga ibadah di waktu itu lebih dekat untuk diterima, sedang orang itu dalam keadaan takut dan berharap ketika beribadah. Kesimpulannya, apakah orang yang taat itu seperti halnya orang yang bermaksiat. Kemudian, Allah SWT menegaskan tentang tidak ada kesamaan diantara keduanya dan memperingatkan tentang keutamaan ilmu dan betapa mulianya beramal berdasarkan ilmu.

Yang diterangkan dalam kalimat selanjutnya, yang artinya: Katakan hai Rasul kepada kaum mu : Apakah sama orang yang mengetahui pahala yang akan mereka peroleh bila melakukan ketaatan kepada Tuhan mereka dan mengetahui hukuman yang akan mereka terima bila mereka bermaksiat kepada-Nya, dengan orang-orang yang tidak mengetahui hal itu. Yaitu, orang-orang yang merusak amal perbuatan mereka secara membati buta, sedangkan terhadap amal-amal mereka yang baik tidak mengharapkan kebaikan, dan terhadap amal-amal yang buruk mereka tidak takut pada keburukan.
Perkataan tersebut dinyatakan dengan susunan pertanyaan (istifham) untuk menunjukkan bahwa orang-orang yang mencapai derajat kebaikan tertinggi; sedang yang lain jatuh ke dalam jurang keburukan. Dan hal itu tidaklah sulit dimengerti oleh orang-orang yang sabar dan tidak suka membantah. Kemudian, Allah SWT menerangkan bahwa hal tersebut hanyalah dapat dipahami oleh orang-orang yang mempunyai akal. Karena  orang-orang yang tidak tahu seperti telah disebutkan bahwa hati mereka tertutup sehingga tidak dapat memahami suatu nasehat dan tidak berguna bagi mereka suatu peringatan.
Seperti Firman Allah yang artinya: Sesungguhnya  yang dapat mengambil pelajaran dari hujjah-hujjah Allah dan dapat menuruti nasehat-Nya dan dapat memikirkannya, hanyalah orang-orang yang mempunyai akal dan pikiran yang sehat, bukan orang-orang yang bodoh dan lalai. Pelajaran yang dimaksud dapat berasal dari pengalaman hidupnya atau dari tanda-tanda kebesaran Allah yang terdapat di alam semesta beserta isinya, atau yang terdapat dalam dirinya serta kisah-kisah umat yang lalu.
Orang yang berakal adalah orang yang dapat mengkombinasikan antara zikir dan pikir, atau sebaliknya. Ketika ia berpikir, meneliti atau mengkaji alam sekitar muncul lah zikirnya dan ketika ia berzikir muncul lah pikirnya. Maka al-Qur’an menafikan kesamaan antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Penafikan itu tidak hanya berarti keluasan wawasan dan kompetensi serta keterampilan, tetapi yang lebih penting lagi adalah ketidaksamaan antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu mengenai kesadaran diri sebagai makhluk Tuhan dan kemestian menyembah-Nya. Ayat ini juga yidak menyamakan antara orang musrik dengan orang-orang yang taat kepada Allah, orang yang taat beribadah kepada Allah lebih beruntung daripada orang-orang musrik. Selain tidak menyamakan antara orang musrik dengan yang taat beribadah kepadanya. Ayat ini juga tidak menyamakan antara orang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Ilmu semestinya dapat membangun pribadi yang menyadari akan kekuasaan dan kemaha besaran Allah sehingga akhirnya ia menjadi ulul albab.
Ayat di atas juga menggambarkan efek atau dampak dari kesolehan atau ketakwaan terhadap pribadi yang sholeh, takwa, dan ulul albab tersebut, yaitu kebahagiaan di dunia dan balasan di akhirat yang tiada terkira. Dalam surah yang lain ditegaskan pula, bahwa orang yang berilmu dan beriman itu akan terangkat derajatnya. Dan Allah menjanjikan bagi orang yang bertakwa, sebagai hasil bentukan pendidikan Islam itu, akan diberikan kepadanya jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi serta rizki yang tidak diduga sumbernya.



DAFTAR PUSTAKA

http://chulayda-bassama.blogspot.com/2012/02/tafsir-ilmu-pengetahuan-qs-al.html
M. Kadar, Yusuf. 2013. Tafsir Tarbawi. Jakarta:Amzah.

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar