BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kegiatan belajar
mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru dan murid yang memiliki
tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target dari guru itu
sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi antara
guru dan murid. Dalam interaksi ini, sangat perlu bagi guru untuk membuat
interaksi antara kedua belah pihak berjalan dengan menyenangkan dan tidak
membosankan. Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri, siswa
juga menjadi menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih merasa
bersahabat dengan guru yang mengajar.
Pendidik yang memandang anak didik sebagai pribadi yang
berbeda dengan anak didik
lainnya, akan berbeda dengan pendidik yang
memandang anak didik sebagai
makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka penting untuk
meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Untuk
itu pendidik perlu menyadari dan memaklumi bahwasanya anak didik itu
merupakan individu dengan segala perbedaannya sehingga diperlukan
beberapa pendekatan dalam proses belajar mengajar.
Sehingga dalam
mengajar diperlukan pendekatan dalam pembelajaran, pendidik harus pandai
menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana. Pandangan guru terhadap anak
didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap pendidik tidak selalu
memiliki suatu pandangan yang sama dalam hal mendidik anak didik. Hal ini akan
mempengaruhi pendekatan yang pendidik ambil dalam pengajaran
B.
Rumusan Masalah
a. Pengertian pendekatan pembelajaran ?
b. Fungsi pendekatan dan pembelajaran ?
c. Jenis-jenis pendekatan dalam
pembelajaran ?
d. Tipe-tipe
pendekatan dalam pembelajaran ?
C. Tujuan
a. Kita
bisa mengetahui apa itu pendekatan pembelajaran pai ?
b. Kita bisa mengetahui fungsi dam pembelajaran ?
c. Kita bisa mengetahui jenis-jenis pendekatn dalam pembelajaran dan tipe-tipe ?
b. Kita bisa mengetahui fungsi dam pembelajaran ?
c. Kita bisa mengetahui jenis-jenis pendekatn dalam pembelajaran dan tipe-tipe ?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Pendekatan dalam Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat berarti aturan pembelajaran yang berusaha meningkatkan
kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dalam pengolahan
pesan sehingga tercapai sasaran belajar, Selain itu pendekatan pembelajaran
adalah arah suatu kebijaksanaan yang ditempuh guru atau siswa dalam mencapai
tujuan pengajaran dilihat dari bagaimana materi disajikan.
Pengertian lain dari pendekatan pembelajaran adalah jalan atau cara yang
digunakan oleh guru atau pembelajar untuk memungkinkan siswa belajar.
Dari pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru
dalam menyajikan suatu materi yang memungkinkan siswa belajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran.[1]
Interaksi dalam
pembelajaran adalah bagaimana cara guru dapat meningkatkan motivasi belajar
dari siswa. Hal ini berkaitan dengan strategi apa yang dipakai oleh guru,
bagaimana guru melakukan pendekatan terhadap siswanya. Dalam sebuah
pembelajaran yang baik guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Dalam
peranannya sebagai pembimbing, guru berusaha menghidupkan dan memberikan
motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru sebagai fasilitator,
guru berusaha memberikan fasilitas yang baik melalui pendekatan-pendekatan yang
dilakukan.[2]
Proses interaksi pembelajaran
yang mampu meningkatkan hasil belajar pada siswa ialah bagaimana cara guru
melakukan pendekatan yang sesuai dengan karakter pembelajaran.
Dilihat
dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua
jenis pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi
atau berpusat pada siswa (student
centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru melakukan
pendekatan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam
proses pembelajaran, dan
b. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada guru (teacher centered approach), dimana pada pendekatan
jenis ini guru menjadi subjek utama dalam proses pembelajaran.[3]
2.
Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran
Fungsi pendekatan bagi
suatu pembelajaran adalah :
a. Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode pembelajaran
yang akan digunakan.
b. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
c. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
e. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.
3.
Jenis-Jenis Pendekatan dalam Pembelajaran
a. Pendekatan Individual
Pendekatan individual
merupakan pendekatan langsung dilakukan guru terhadap anak didiknya untuk
memecahkan kasus anak didiknya tersebut. Pendekatan individual mempunyai arti
yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat
memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja
mengabaikan kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan
tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di
kelas. Persoalan kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan
menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok
diperlukan.
Pendekatan individual
adalah suatu pendekatan yang melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa
sedemikian rupa, sehingga dengan penerapan pendekatan individual memungkinkan
berkembangnya potensi masing-masing siswa secara optimal.[4]
Pembelajaran individual
merupakan salah satu cara guru untuk membantu siswa membelajarkan siswa,
membantu merencanakan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kemampuan dan daya
dukung yang dimiliki siswa. Pendekatan individual akan melibatkan hubungan yang
terbuka antara guru dan siswa, yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas
dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa
dalam belajar. Untuk mencapai hal itu, guru harus melakukan hal berikut ini;
a)
mendengarkan secara simpati
dan menanggapi secara positif pikiran anak didik dan membuat hubungan saling
percaya.
b)
membantu anak didik
dengan pendekatn verbal dan non-verbal.
c)
membantu anak didik
tanpa harus mendominasi atau mengambil alih tugas.
d)
menerima perasaan anak
didik sebagaimana adanya atau menerima perbedaannya dengan penuh perhatian.
e)
menanggani anak didik
dengan memberi rasa aman, penuh pengertian, bantuan, dan mungkin memberi
beberapa alternatif pemecahan.
Ciri-ciri pendekatan
individual :
a)
Guru melakukan pendekatan
secara pribadi kepada setiap siswa di kelas dan memberikan kesempatan kepada
anak didik sebagai individu untuk akatif, kreatif, dan mandiri dalam belajar.
b)
Guru harus peka melihat
perbedaan sifat-sifat dari semua anak didik secara individual.
c)
Guru lebih berperan
sebagai fasilitator dan pembimbing di kelas. Para peserta didik dapat lebih
terkontrol mengenai, bagaimana dan apa yang mereka pelajari.
d)
Guru harus mampu
mennyajikan pelajaran yang menarik di depan kelas. Menarik dalam pengertian
mengasyikkan, mudah ditangkap dan dipahami serta tidak membosankan siswa.
Pengajaran individual dilakukan untuk membantu siswa dalam menuntaskan belajar
mereka.
Oleh karena itu,
pendekatan individual dapat mengefektifkan proses belajar mengajar, interaksi
guru dan siswa berjalan dengan baik, dan terjadinya hubungan pribadi yang
menyenangkan antara siswa dan guru. Secara tidak langsung hal yang disebut
diatas merupakan keuntungan dari pengajaran dengan pendekatan individual.
Keuntungan dari
pengajaran pendekatan individual yaitu:
a) memungkin siswa yang lama dapat maju menurut kemampuannya masing-masing
secara penuh dan tepat,
b) mencegah terjadinya
ilusi dalam kemajuan tetapi bersifat nyata melalui diskusi kelompok,
c) mengarahkan perhatian siswa terhadap hasil belajar perorangan,
d) memusatkan pengajaran terhadap mata ajaran dan pertumbuhan yang bersifat
mendidik, bukan kepada tuntutan-tuntutan guru, dan lain-lain
Sedangkan kelemahan
pembelajaran pendekatan individual sebagai berikut dapat dilihat secara umum:
a)
proses pembelajaran
relative memakan banyak waktu sesuai dengan jumlah bahan yang dihadapi dan
jumlah peserta didik.
b)
Motivasi siswa mungkin
sulit dipertahankan karena perbedaan-perbedaan individual yang dimiliki oleh
peserta didik sehingga dapat membuat beberapa siswa rendah diri/minder dalam
pembelajaran.[5]
b. Pendekatan Kelompok
Dalam kegiatan belajar
mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan pendekatan lain, yakni
pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan pelu
digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal
ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo secius, yakni makhluk
yang berkecendrungan untuk hidup bersama.
Dengan pendekatan
kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada
diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada
dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial
dikelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik saja. Mereka sadar bahwa hidup
ini saling ketergantungan, seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupansemua
makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri
sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari
atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk
tertentu.
Anak didik dibiasakan
hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada
kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu
mereka yang memponyai kekurangan. Sebaliknya, mereka yang mempunyai kekurangan
dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan. Tanpa ada
rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi dikelas dalam rangka untuk
mencapai prestasi belajr yang optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik
yang aktif, kreatif, dan mandiri.
c. Pendekatan Bervariasi
Ketika guru dihadapkan
kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan
dengan permasalahan yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh anak
didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.
Dalam belajar, anak
didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu sisi anak didik mempunyai
motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai motivasi yang
tinggi. Anak didik yang satu bergairah belajar, anak didik yang lain kurang
bergairah belajar. Sementara sebagian besar anak belajar, satu atau dua orang
anak tidak ikut belajar. Mereka duduk dan berbicara (berbincang-bincang) satu
sama lain tentang hal-hal lain yang terlepas dari masalah pelajaran.
Dalam mengajar, guru
yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas
yang kondusif dalam waktu yang relatif lama. Bila terjadi perubahan suasana
kelas, sulit menormalkannya kembali. Ini sebagai ada tandanya gangguan dalam
proses belajar mengajar. Akibatnya, jalannya pelajaran menjadi kurang efektif,
efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan pun jadi terganggu. Disebabkan
anak didik kurang mampu berkonsentrasi.metode yang hanya satu-satunya dipergunakan
tidak dapat diperankan, karena memang gangguan itu terpangkal dari kelemahan
metode tersebut. Karena itu, dalam mengajar kebanyakan guru menggunakan
beberapa metode dan jarang sekali menggunakan satu metode.
Permasalahan yang
dihadapi oleh setiap anak didik bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun
akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula. Pendekatan bervariasi
bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik
dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam penagajaran
dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk
setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat
guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.[6]
d. Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru
lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan
karena motif-motif lain, seperti karena dendam, karena gengsi, karena ingin
ditakuti dan sebagainya.
Anak didik yang telah
melakukan kesalahan, yakni membuat keributan didalam kelas ketika guru sedang
memberikanpelajaran, misalnya, tidak tepat diberi sanksi hokum dengan cara
memukul badannya sehingga luka atau cidera. Hal ini adalah sanksi hukum yang
tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan sanksi hukum yang salah. Guru telah
menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain.
Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan
kekuasaan. Karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan
kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan
pendekatan edukatif. Setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan guru harus
bernilai pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar agar
menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma agama.
Cukup banyak sikap dan
perbuatan yang harus guru lakukan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada
anak didik. Salah satu contohnya, misalnya, ketika lonceng tanda masuk kelas
telah berbunyi, anak-anak jangan dibiarkan masuk dulu, tetapi suruhlah mereka
berbaris di depan pintu masuk dan perintahkanlah ketua kelas untuk mengatur
barisan. Contoh diatas menggambarkan pendekatan edukatif yang di lakukan telah
oleh guru dengan menyuruh anak didik berbaris di depan pintu masuk kelas. Guru
telah meletakkan tujuan untuk membina watak anak didik dengan pendidikan akhlak
yang mulia.
Kasuistis yang terjadi di sekolah
biasanya tidak hanya satu, tetapi bermacam-macam jenis dan tigkat kesukarannya.
Hal ini menghendaki pendekatan yang tepat. Berbagai kasus yang terjadi selain
dapat di ndekati dengan pendekatan individual, pendekatan kelompok, dan juga
pendekatan kelompok. Namun yang penting untuk di ingat adalah bahwa pendekatan
individual harus bedampingan dengan pendekatan edukatif. Pendekatan kelompok
harus berdampingan dengan pendekatan edukatif, dan pendekatan bervariasi harus
berdampingan dengan pendekatan edukatif. Dengan demikian, semua pendekatan yang
dilakukan oleh guru harus bernilai edukatif, denagn tujuan mendidik.
Selain berbagai pendekatan yang
telah di sebutkan diatas, ada lagi pendekatan-pendekatan lain. Berdasarkan
kurikulum atau Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Pendidikan Agama
islam SLTP tahun 1994 disebutkan lima macam pedekatan untuk pendidikan
agama islam, yaitu pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan,
pendekatan emosional, pendekatan rasioanal, dan pendekaran fungsional.
Kelima macam pendekatan ini
diajukan, karena pendidikan agama islam disekolah umum dilaksanakan melalui
kegiatan intra dan ekstra kurikuler yang satu sama lainnya saling menunjang dan
saling melengkapi. Kelima pendekatan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1) Pendekatan
pengalaman
2) Pendekatan
Pembiasaan
3) Pendekatan
Emosional
4) Pendekatan
Rasional
5) Pendekatan
Fungsional
e. Pendekatan Keagamaan
Pendidikan dan
pelajaran disekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam mata pelajaran,
tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran. Dalam prateknya tidak hanya
digunakan satu, tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih pendekatan.
Dengan penerapan
prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat
menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran. Khususnya untuk
mata pelajaran umum sangat penting dengan pendekatan keagamaan. Hal ini
dimaksudkan agar nilai budaya ini tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai
agama. Tentu sajaguru harus menguasai ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan
mata pelajaran yang dipegang. Mata pelajaran biologi, misalnya, bukan terpisah
dari masalah agama,tetapi ada hubunganya. Persoalan nya sekarng terletak mau
atau tidaknya guru mata pelajaran tersebut.
Pendekatan agama dapat
membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama didalam diri siswa, agar
nilai-nilai agamanya tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami,dihayati
dan diamalkan secara hayat siswa dikandung badan.[7]
f. Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat
untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan perasaan, secara
lisan atau tulisan. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang
diwujudkan melalui struktur (tata bahasa dan kosa kata). Dengan demikian
struktur berperan sebagai alat pengungkapan makna (gagasan, pikiran, pendapat
dan perasaan). Jadi pendekatan kebermaknaan adalah pendekatan yang memasukkan
unsur-unsur terpenting yaitu pada bahasa dan makna. Misalnya pendekatan dalam
rangka penguasaan bahasa Inggris.
Ada beberapa konsep
penting yang menyadari pendekatan ini sebagai berikut :
a. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui
struktur ( tata bahasa dan kosa kata).
b. Makna ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi yang
merupakan konsep dasar dalam pendekatan kebermaknaan pengajaran bahasa yang
natural.
c. Makna dapat diwujudkan melalui kalimat yang berbeda, baik secara lisan
maupun tertulis. Suatu kalimat dapat mempunyai makna yang berbeda tergantung
pada situasi saat kalimat digunakan.
d. Belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa tersebut,
sebagai bahasa sasaran, baik secara lisan maupun tertulis. Belajar berkomunikasi
ini perlu didukung oleh pembelajaran unsur-unsur bahasa sasaran.
e. Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan
belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan bahan
peljaran dan kegiatan pembelajaran siswa yang bersangkutan.
f. Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih penting bermakna
bagi siswa jika berhubungan dengan kebutuhan siswa yang berkaitan dengan
pengalaman, minat, tata nilai, dan masa depannya.
g. Dalam proses belajar mengajar siswa merupakan subjek utama, tidak hanya
sebagai objek belaka. Karena itu, ciri-ciri dan kebutuhan mereka harus
dipertimbangkan dalam segala keputusan yang berkaitan dengan pengajaran.
h. Dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai fasilitator yang
membantu siswa mengembangkan ketrampilan berbahasanya.
4.
Tipe-tipe pendekatan
a. Pendekatan Kontekstual
Adapun yang melandasi
pengembangan pendekatan kontekstual adalah konstruktivisme, yaitu filosofi
belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa
harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan
tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi
mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
Pendekatan Kontekstual
atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar,
manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.[8]
Dalam pengajaran
kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu :
1. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti
konstruktivisme.
2. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti
menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahui sebelumnya.
3. Menerapkan.
4. Kerjasama.
5. Mentransfer.[9]
b. Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan
konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan
pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat
diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Pada dasarnya
pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan pengembangan
pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang dapat
diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun
dalam lingkungan masyarakat.
Jadi pendekatan
konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih mengutamakan pengalaman
langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Secara umum yang
disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar dalam
memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial.[10]
Ciri-ciri pendekatan
konstruktivisme
1.
Dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan bagi
peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan
penelitian atau pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide
baru sesuai dengan pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian
teori.
2.
Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan
pengalaman yang ada dalam diri siswa.
3.
Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka
pelajari. Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau
konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk
menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari.
c. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive
approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau
lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang
diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih
dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan
kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus.
Pendekatan deduktif
merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus,
sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip
umum dan diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip
umum ke dalam keadaan khusus.
d. Pendekatan Induktif
Berbeda dengan
pendekatan deduktif yang menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang bersifat
umum, maka pendekatan induktif (inductif approach) menyimpulkan
permasalahan dari hal-hal yang bersifat khusus.. Metode induktif sering
digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu
yang khusus.
Pendekatan induktif
menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan
pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan
pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Pendekatan induktif merupakan
proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum.
e. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep
adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai konsep secara benar
dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi).. Konsep
merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
Pendekatan Konsep
merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep
tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu
diperoleh.
Kondisi-kondisi yang
dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan konsep
adalah:
1.
Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai denaan unsur
lingkungan.
2.
Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah
dimengerti.
3.
Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula
sampai konsep yang komplek.
4.
Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.
Langkah-langkah
mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu,
1)
Tahap enaktik
2)
Tahap simbolik.
3)
Tahap ikonik
f. Pendekatan Proses
Pendekatan proses
merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan
proses.
Pendekatan proses
adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil. Pada pendekatan
ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses. Pendekatan ini
penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan berpikir dan
melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta didik juga
harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan melakukan percobaan.
Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup kebenaran cara
kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam bekerja dan sebagainya.
g. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan Science,
Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat
(STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan proses, Inkuiri
dan diskoveri serta pendekatan lingkungan.
Istilah Sains Teknologi
Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains Technology Society (STS),
Science Technology Society and Environtment (STSE) atau Sains Teknologi
Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak namun sebenarnya intinya
sama yaitu Environtment, yang dalam berbagai kegiatan perlu ditonjolkan.
Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan terpadu antara sains,
teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Adapun tujuan dari pendekatan STM
ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki bekal pengetahuan,
sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam
masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah
diambilnya.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran
dapat berarti titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran atau
merupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan peserta didik di dalam
perwujudan kegiatan pembelajaran, yang berusaha meningkatkan
kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam pengolahan
pesan sehingga tercapai sasaran belajar.
Jenis-jenis pendekatan
dalam pembelajaran
a.
Pendekatan individual
b.
Pendekatan kelompok
c.
Pendekatan bervariasi
d.
Pendekatan edukatif
e.
Pendekatan keagamaan
f.
Pendekatan kebermaknaan
Tipe-tipe pendekatan
pembelajaran:
a.
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
b.
Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme
c.
Pendekatan Pembelajaran Deduktif
d.
Pendekatan Pembelajaran Induktif
e.
Pendekatan Pembelajaran Proses
f.
Pendekatan Pembelajaran Konsep
g.
Pendekatan Pembelajaran Sains, Teknologi dan Masyarakat
Dari bermacam-macamnya pendekatan dalam proses belajar mengajar,
diharapkan pendidik mampu memaksimalkan dan mempraktekkan pendekatan itu untuk
mengatasi semua permasalahan yang muncul dalam upayanya membentuk
kepribadian anak didik sehingga nantinya memperoleh hasil yang memuaskan dan
mampu menciptakan generasi bangsa yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri Djamarah, Syaiful. 1997. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Syaiful Bahri Djamarah. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif (suatu pendekatan teoritis psikologis). Jakarta; Rineka
Cipta.
Syaiful Sagala. 2006. Konsep
dan Makna Pembelajaran. Bandung; Alfabeta
http://www.m-edukasi.web.id/2013/06/pendekatan-pembelajaran.html
[2]http://citratyas.wordpress.com/2012/01/08/pendekatan-metode-strategi-dan-teknik-pembelajaran-pendidikan/
[3] Djamarah
syaiful bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (suatu
pendekatan teoritis psikologis). (Jakarta; Rineka Cipta.2005) hal 53
[4] Ibid,
hal 54
[5] Djamarah syaiful bahri. Strategi belajar mengajar. (Jakarta;
Rineka Cipta.2010) hal 55
[6] Ibid,
hal 57
[7] Ibid, 68
Tidak ada komentar:
Posting Komentar