Sabtu, 15 Maret 2014

WALA' WAL BARA'



BAB I
    PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Memahami ajaran Islam secara menyeluruh adalah bagian dari manhaj Islam itu sendiri. Kita diperintahkan untuk menyelami seluk-beluk Islam, mulai dari hal yang sangat penting dan mendasar seperti akidah atau tauhid, hingga masalah hukum, ibadah, muamalah, dan lain-lain. Allah l berfirman: “Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada (sesembahan, tuhan yang hak) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” (Muhammad: 19) “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (darinya).” (al-A’raf: 30) Salah satu ajaran Islam yang dewasa ini nyaris ditinggalkan dan dianggap tabu oleh sebagian orang, serta oleh sebagian lainnya digembar-gemborkan secara membabi-buta tanpa bimbingan dan ketentuan syar’i, adalah al-muwalah (sikap loyal/setia) dan al-mu’adah (permusuhan), atau yang diistilahkan dengan al-wala’ wal bara’.
al-Wala` dan al-Bara` maksudnya adalah: mencintai orang-orang yang beriman dan loyal kepada mereka, membenci orang-orang kafir dan memusuhi mereka, berlepas diri dari mereka dan dari agama mereka. Inilah pengertian wala` dan bara`, seperti firman Allah SWT dalam surat al-Mumtahinah:
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:"Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. (QS. al-Mumtahinah: 4)





1.2  Rumusan Masalah
a.  Pengertian Al-wala’ Wal-bara’ ?
b.  Urgensi dan kedudukan al-Wala’ wal-Bara’ ?
c.  Bentuk al-Wala’ wal-Bara’yang harus dan diharamkan dan hak-hak ?

1.3    Tujuan
a.   Kita bisa mengetahui apa itu al-Wala’ wal-Bara’
b.   Kita bisa mengetahui Urgensi dan kedudukan al-Wala’ wal-Bara’
c.   Kita bisa mengetahui Bentuk al-Wala’ wal-Bara’yang harus dan diharamkan
d.  Kita bisa mengetahui hak-hak al-Wala’ wal-Bara’























BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Al Wala’ Wal Bara 
Al Wala’ wal Bara’ bagi seorang Muslim merupakan satu pembahasan penting dalam masalah akidah dan diantara bukti keimanan. Namun permasalahan Al Wala’ wal Bara’ seringkali tidak mendapat perhatian serius di kalangan Umat Islam.
Al-Wala’ (الولاء) secara bahasa artinya adalah “dekat”. Adapun arti yang dimaksud dalam pelajaran aqidah adalah kedekatan sesama kaum muslimin dalam rasa saling cinta, saling bantu dan saling tolong di antara sesama mereka, serta kebersamaan mereka dalam hal wilayah tempat tinggal. Termasuk dalam hal ini adalah rasa kebersamaan mereka dalam melawan perbuatan makar musuh-musuh Islam.
Adapun Al-Bara’ (البراء ) secara bahasa artinya adalah “memutus” atau “memotong”. Maksud Al-Bara’ dalam pembahasan aqidah adalah pemutusan hubungan atau ikatan hati dari orang-orang kafir, sehingga tidak lagi mencintai, membantu dan menolong mereka serta tidak tinggal bersama mereka.[1]
 Al Wala’ wal Bara’ mendorong seorang muslim untuk lebih mencintai dan ridha terhadap muslim, ketimbang kepada siapa yang menyalahi dan menentang agama dan aturan Allah dan RasulNya. inilah pengertian Alwala’ wal bara’ seperti firman Allah:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ۖ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Artinya: Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan kepada Engkaulah kami kembali".(QS: Al-Mumtahanah Ayat: 4)
Kaitan-kaitan Al-Wala' Wal-Bara dibagi menjadi 4
1.      Perkataan; zikir dicintai Allah, mencela dan menuduh dibenci Allah.
2.      Perbuatan; (sholat, puasa, zakat, sedekah, dan berbuat kebajikan) dicintai Allah, (riba, zina, minum khamr) dibenci Allah.
3.      Kepercayaan; (iman, tauhid) dicintai Allah, (kufur, syirik) dibenci Allah.
4.      Orang; orang beriman yang mengesakan Allah dicintai Allah, orang kafir dan musrik dibenci Allah[2]
Al Wala wal Bara’ adalah ikatan iman yang sangat kokoh, sebagaimana merupakan ibadah hati yang direalisasikan dalam perkataan dan perbuatan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (71)
Artinya: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka [adalah] menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana.( Attaubah: 71).
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: Siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan menghalangi karena Allah, maka ia telah menyempurnakan keimanannya. (HR. Abu Dawud).
2.2 Urgensi dan Kedudukan Al Wala’ wal Bara’
Al Wala’ wal Bara’memiliki kedudukan dan perhatian yang begitu tinggi dalam islam. Ia adalah kewajiban berakidah seorang Muslim dan penjaga identitas keislaman Umat Islam. Di antara hak tauhid adalah mencintai ahlinya yaitu para muwahhidin, serta memutuskan hubungan dengan para musuhnya yaitu kaum musyrikin.  Al Qur’an berulangkali mengangkat perhatian terhadap kewajiban Al Wala’ wal Bara’. Dalam Al Qur’an menyebut Al’Wala’ wal Bara’ sebagai ikatan iman yang menghimpun orang-orang mukmin untuk melakukan kebaikan dan amal shaleh. Membenci dan memusuhi mereka bukan berarti berbuat zalim atau melakukan tindakan melewati batas terhadap mereka apabila mereka bukan kafir harbi( musuh dalam perang). Namun maksudnya adalah: bahwa engkau membenci dan memusuhi mereka dalam hatimu dan mereka bukan sahabatmu. Akan tetatapi engkau tidak boleh mengganggu dan menzalimi mereka. Apabila mereka memberi salam maka jawablah , dan memberi nasehat dan mengarahkan kepada kebaikan. Sebagaimana firman Allah:
Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan  orang-orang zalim diantara mereka(QS.Al-Ankabut:46)[3]
Dalam Al Qur’an memperingatkan sikap bersekutu dengan kafir dan meninggalkan yang muslim. Allah  Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
janganlah orang-orang mu’min mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena [siasat] memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri [siksa]-Nya. Dan hanya kepada Allah kembalimu.”( Ali Imran: 28).
Didalam Al Qur’an menyebutkan bahwa alwala’ walbara’ sebagai bagian dari jati diri seorang mukmin, dimana ia tidak akan melanggar tuntutan dan konskuensi dari Al’Wala’ wal Bara’ . Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap [limpahan rahmat]-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.” (Al Mujadilah: 22).
Perhatian penting terhadap Al Wala’ wal Bara’ sebagaimana yang dipaparkan Al Qur’an menuntut Muslim untuk tidak meremehkan bentuk-bentuk dan prilaku dan implementasi dari alWala’ walBara’ dalam kehidupan. Karena diantara kaedah upaya mengamalkan Al Qur’an sebagaimana yang disampaikan oleh DR. Yusuf Al Qaradhawi: “Kita memberikan porsi perhatian terhadap masalah sebagaimana Al Qur’an memberikan perhatiannya.” Jika perhatian Al Qur’an besar terhadap satu hal, maka itu berarti umat Islam dituntut untuk memberikan perhatian besar terhadap hal tersebut.
Jika ditelusuri lebih jauh lagi, kedudukan alWala’ walBara’ dalam Islam bisa dilihat dari beberapa poin berikut:
1.        Al Wala’ wal Bara’adalah syarat keimanan seorang muslim.
2.        Al Wala’ wal Bara’merupakan ikatan keimanan yang kokoh. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Ikatan iman yang paling kokoh adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.” (HR. Muslim).
3.        Tidak adanya Al Wala’ wal Bara’ dalam diri seorang muslim bisa mengantarkannya kepada kekufuran. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاء بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin [mu]; sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”(Al Maidah: 51).
4.        Seringkali diangkatnya pembahasan tentang Al Wala’ Wal Bara’ dalam Al Qur’an dan sunah menunjukkan demikian besar urgensinya.
2.3 Bentuk Al Wala’ yang Diharuskan dan Diharamkan:
Diantara bentuk Al Wala’ dasar yang harus dimiliki Muslim sebagai berikut:
1.    Al Wala’ kasih sayang kepada sesama muslim. Muslim harus memberikan kasih sayangnya kepada saudara seakidah, tidak boleh menzaliminya. Rasul Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Perumpamaan mukmin dalam kasih sayang dan cinta sebagaimana satu tubuh, jika satu bagiannya merintih sakit maka bagian yang lain merasa panas dan demam. (HR. Muslim).
2.    Al Wala’pertolongan dan dukungan kepada sesama Muslim. Anas bin Malik berkata: Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “tolonglah saudaramu ketika ia berbuat zalim atau dizalimi.” Para Sahabat bertanya: “wahai Rasul, menolongnya ketika dizalimi. Bagaimana menolongnya ketika ia berbuat zalim?” Rasul menjawab: “kamu mencegahnya dari berbuat zalim.” (HR. Bukhari).[4]
Adapun diantara bentuk Al Wala’ yang dilarang atau harus melakukan Al Bara’ sebagai berikut:
1.    Al Wala’cinta dan sayang kepada orang-orang kafir. Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menafikan keimanan dari diri siapa yang mencintai orang-orang kafir, mencintai mereka tanpa menganggap masalah terkait agama dan keyakinan yang mereka anut. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolonganyang datang daripada-Nya.”(Al Mujadilah: 22).
2.    Al Wala’ pertolongan dan dukungan kepada orang kafir atas muslim. Adalah sebuah dosa jika seorang Muslim bersekongkol dengan kafir untuk memusuhi dan menciderai Muslim. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali [6] dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah [untuk menyiksamu]?(An-Nisaa: 144).” “Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi [Musa] dan kepada apa yang diturunkan kepadanya [Nabi], niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik.”(Al-maidah: 81).
3.    Mendukung orang-orang kafir untuk menjadi pemimpin yang menguasai orang-orang Mukmin. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: “dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.”(An-Nisaa’: 141).
2.4  Pembagian manusia berdasarkan Aqidah Al-Wala' Wal-Bara' ada 3 bagian
1.      Orang yang berhak mendapatkan wala' (loyalitas) mutlak:
Orang mukmin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan Allah dengan ikhlas karena Allah.
2.      Orang yang berhak mendapat wala' di satu sisi dan bara' di sisi lain:
Muslim yang melakukan maksiat, yang melalaikan sebagian kewajiban agama, melakukan sebagian perbuatan yang diharamkan Allah namun tidak menyebabkan ia menjadi kufur dengan tingkatan kufur besar.
3.      Orang yang berhak mendapat bara' mutlak:
Orang musyrik, kafir (Yahudi, Nasrani, Majusi, dll)[5]
Hak-Hak Al-Wala'
1.      Hijrah
2.      Membantu dan menolong kaum muslimin
3.      Terlibat dalam permasalahan kaum muslimin
4.      Mencintai kaum muslimin seperti mencintai diri sendiri
5.      Tidak mengejek, melecehkan, mencari aib dan berghibah serta menyebarkan namimah kepada kaum muslimin
6.      Mencintai dan selalu berusaha berkumpul bersama kaum muslimin
7.      Melakukan apa yang menjadi hak kaum muslimin (menjenguk yang sakit, mengantar jenazah, dll)
8.      Bersikap lembut, mendoakan serta memohon ampun bagi kaum muslimin
9.      Amar ma'ruf nahi munkar serta menasehati kaum muslimin
10.  Tidak cari-cari aib dan kesalahan kaum muslimin serta buka rahasia mereka kepada musuh Islam
11.  Memperbaiki hubungan di antara kaum muslimin
12.  Tidak menyakiti kaum muslimin
13.  Bermusyawarah dengan kaum muslimin
14.  Ihsan dalam perkataan dan perbuatan
15.  Bergabung dalam jamaah kaum muslimin dan tidak berpisah dengan mereka
16.  Tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.[6]






BAB III
KESIMPULAN
Allah ‘Azza wa Jalla telah menetapkan kebahagiaan hakiki bagi orang yang mengikuti dan melaksanakan agama Islam dengan sungguh-sungguh sebagaimana Allah ‘Azza wa Jalla telah menetapkan kesengsaraan dan kehinaan bagi orang yang memerangi agama Islam. Sesungguhnya pokok agama Islam adalah kalimat tauhid Laa ilaha illallah, tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah. Dengan mengucapkan dan mengamalkan kalimat inilah dibedakan muslim dan kafir, dipaparkan keindahan surga dan panasnya neraka. Dan tidaklah tauhid seseorang sempurna sampai ia mencintai karena Allah dan membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah. Inilah yang disebut al wala’ wal baro’.
al-Wala` dan al-Bara` maksudnya adalah: mencintai orang-orang yang beriman dan loyal kepada mereka, membenci orang-orang kafir dan memusuhi mereka, berlepas diri dari mereka dan dari agama mereka. Inilah pengertian wala` dan bara`, seperti firman Allah SWT dalam surat al-Mumtahinah:
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:"Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. (QS. al-Mumtahinah: 4)



[1] Disarikan dari penjelasan Dr. Shalih Al-Fauzan dalam Kitab Tauhid I, terjemah kitab التوحيد للصف الأول و العالي, Yayasan Al-Sofwa – Jakarta, cet. IV/2003, hal. 143.
[2]  http://www.alislam.or.id
[3] Khalid bin AbdurrahmanAl-Jaresy, Al-Wala’ dan Al-Bara’(islam house,2009)hlm 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar